Buscar

Minggu, 19 Februari 2012

Fenomena Gayus Tambunan

 
Masalah penyelewengan uang rakyat belakangan ini makin terasa merajalela, terutama ketika kasus korupsi Gayus Tambunan terkuak. Di satu sisi, rakyat harus menekan serendah-rendahnya biaya hidup sehari-hari tetapi di sisi lain ada oknum pegawai Pajak malah menyalahgunakan hasil jerih payah rakyat, sehingga korupsi semakin merajalela.
Bukan hanya wakil rakyat saja yang seakan berpesta menghabiskan uang rakyat, tak terkecuali pegawai gologan rendah atau orang yang memiliki kekuasaan atau kewenangan di berbagai bidang seperti berlomba menggendutkan pundi-pundi tabungan mereka di Bank. Gayus Tambunan adalah satu contoh orang yang menyalahgunakan amanat dalam pekerjaannya.
Gayus Tambunan - Siapa Sebenarnya Gayus Tambunan
Gayus Tambunan lahir di Jakarta 32 tahun yang lalu. Tidak ada yang mengenal dirinya sebelum kasus menghebohkan ini mencuat ke kalangan publik. Sebelum diberhentikan, Gayus Tambunan bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Direktorat Jendral Pajak Kementrian Keuangan Indonesia. Namanya melangit setelah seorang perwira polisi, Susno Duadji, membeberkan ke media bahwa Gayus Tambunan memiliki sejumlah dana haram di rekening pribadinya.
Dana yang terkumpul di rekeningnya itu terbilang sangat besar untuk ukuran pegawai negeri sekelas dirinya, yaitu senilai 25 Miliar dan uang asing senilai 60 Miliar, plus perhiasan senilai 14 Miliar yang disimpan di deposit khusus Bank atas nama istrinya. Peristiwa ini tentunya menambah jumlah lembaga negara yang memiliki aura negatif di masyarakat. Siapa yang tidak tahu jika persoalan uang adalah masalah yang sangat sensitif terlebih menyangkut uang milik rakyat.
Selain itu, citra aparat perpajakan yang bersih ikut tercoreng oleh tindakan Gayus Tambunan yang memalukan ini. Ada beberapa nama penting yang ikut terseret dalam kasus Gayus Tambunan ini, di antaranya 12 pejabat tinggi Dirjen Pajak, petinggi kepolisian, petinggi Bappenas, aparat kejaksaan, hingga pengacaranya sendiri. Semua yang terlibat diperiksa secara teliti dan cermat oleh pihak kepolisian. Tapi ada sesuatu yang janggal sehubungan dengan masih bebasnya Gayus Tambunan keluar masuk tahanan dan berjalan-jalan di luar negeri seenaknya.
Apa yang terjadi? Bagaimana sebenarnya kinerja kepolisian dalam menangani masalah berat ini. Pemberitaan mengenai bebasnya Gayus Tambunan memanfaatkan aparat kepolisian dengan uangnya yang seakan tak pernah habis ini sungguh menyedihkan. Rakyat bisa melihat dan menilai betapa rendahnya citra para aparat yang seharusnya bekerja menegakkan keadilan malah lebih memilih memuaskan nafsunya akan materi haram tersebut. Meskipun Gayus Tambunan berada di balik jeruji namun kebebasan tetap diperolehnya dengan mudah. Satu hari dia bisa menonton pertandingan tenis internasional di pulau Dewata dan di kemudian hari dia bisa dengan santai menghabiskan uang haramnya di meja judi di Macau, Taiwan.
Bagaimana cara Gayus Tambunan memperoleh semua kemudahan ini jika tak ada pelican terlebih dulu terhadap mereka yang mengawasinya di dalam tahanan. Bandingkan dengan rakyat kecil yang juga sama-sama berada di balik terali besi itu? Bisakah mereka keluar bebas seperti yang dilakukan Gayus Tambunan? Tentu saja tidak. Lalu bagaimana kondisi ruang tahanan tempat Gayus Tambunan ditahan, apakah sama seperti tahanan lainnya atau memiliki kelas-kelas tersendiri seperti layaknya hotel berbintang? Jika diperhatikan dengan lebih teliti, Gayus Tambunan mungkin saja hanya ikan kecil di antara ikan-ikan besar dalam satu lingkaran yang sama.
Tertangkapnya Gayus Tambunan membuka peluang bagi aparat kepolisian untuk menyelidiki lebih lanjut tentang kasus korupsi ini. Dengan disebutkannya beberapa nama besar oleh Gayus Tambunan, ini membuktikan bahwa dibalik kasus ini ada sesuatu yang lebih besar menunggu untuk dikorek oleh aparat polisi. Namun susahnya di Indonesia, hukum seakan berpihak hanya kepada mereka yang berkantong tebal. Hukum seharusnya berlaku seadil-adilnya terhadap setiap kasus yang ada di depan tetapi buktinya beberapa kasus besar seakan menguap begitu saja. Seperti sebuah bom, satu waktu kasus besar meledak tetapi tak lama kembali hening seakan dilupakan begitu saja oleh pihak yang seharusnya menyelesaikan dengan tuntas.
Rakyat selalu menjadi korban. Pengusutan kasus Gayus Tambunan seperti bertele-tele karena pihak yang terkait menjadi bercabang dan berakar banyak. Setiap orang yang terlibat seakan berusaha melindungi dirinya sendiri dan saling melemparkan tanggung jawab. Betapa semrawutnya pengembangan kasus besar yang ada di Indonesia. Tidak ada keputusan yang pasti kapan kasus Gayus Tambunan ini bisa terbuka jelas dan selesai, malah yang satu belum beres lalu muncul lagi kasus serupa yang lebih besar.
Rakyat semakin kebingungan dengan berbagai peristiwa hukum yang terjadi di negara ini. Bila ditilik lebih lanjut, rakyat sekarang lebih pintar dan sensitif. Mereka bisa mencium bau kebusukan para pejabat yang menyalahgunakan kewenangannya dengan semena-mena. Kasus Gayus Tambunan ini seperti sebuah tamparan bagi lembaga terkait. Mereka yang bekerja dengan jujur juga memperoleh dampak yang tidak menyenangkan. 
Apa Kata Masyarakat
Respon yang ditunjukkan oleh rakyat sangat bervariasi terhadap kasus Gayus Tambunan, tetapi yang paling menarik adalah lagu khusus yang dibuat oleh Bona Paputungan untuk Gayus Tambunan. Pria yang juga sempat merasakan dinginnya suasana di balik jeruji ini menumpahkan kegetirannya akan kasus korupsi Gayus Tambunan ini dengan sebuah lagu yang bisa dilihat di salah satu media komersil di internet. Lirik yang menyindir seakan menyuarakan kekesalan dan suara hati rakyat terhadap kasus Gayus Tambunan. Suara penyanyinya juga cukup enak didengar dan lagunya bisa dinikmati sambil bersantai.
Gayus Tambunan juga semakin menuai kepopuleran dengan menggemanya kasus korupsi ini. Namanya banyak dibicarakan di media sosial, terbukti dengan berbagai karikatur, pantun, sindiran bahkan lomba cerpen dan lomba foto yang khusus bertemakan tentang Gayus Tambunan dengan hadiah menarik. Di sisi lain hukum harus ditegakkan tetapi di satu sisi lagi ada pihak yang diuntungkan dengan kasus Gayus Tambunan itu. Siapa mereka? Para pedagang kecil yang menjual berbagai pernak pernik berkaitan dengan Gayus Tambunan seperti kacamata hitam dan wig. Kedua aksesoris itu digunakan oleh Gayus Tambunan saat menonton pertandingan tenis internasional di Bali.
Selain itu ada juga kaos-kaos oblong bergambag karikatur Gayus Tambunan dengan tulisan yang bertemakan ironi dan banyak lagi yang lainnya. Memang, dalam setiap hal selalu ada baik buruknya, begitupun dengan kasus Gayus Tambunan ini. Sudah seharusnya mereka yang bersalah diberi hukuman yang layak dan setimpal, dan hakim harus bisa mengambil keputusan dengan bijak sehingga tidak berkesan timpang atau berat sebelah. Apakah Gayus Tambunan harus dihukum seberat-beratnya? Tentu saja. Dengan jumlah uang yang begitu banyak, meskipun dia hanya sekedar kaki tangan dari otak yang sebenarnya, tetap harus diberi hukuman yang setimpal.
Untuk aparat kepolisian, tentunya harus bisa mengusut lebih jauh dan menangkap otak utama dari kasus ini sehingga ke depannya kasus seperti Gayus Tambunan ini tidak akan berkembang biak lebih besar lagi. Semoga saja pihak kepolisian bisa mengaplikasikan secara nyata motto mereka, yaitu untuk melayani dan melindungi rakyat. Semoga saja kalimat itu bukan sekedar jargon yang numpang lewat. Mari jadikan Indonesia lebih bersih dan aman demi kepentingan rakyat.

0 komentar:

Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... -->
 
All About Lembaga cyber information | Copyright © 2011 Diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger