Buscar

Minggu, 19 Februari 2012

Kasus Korupsi Marak, Apa Sebabnya?

 

Kasus korupsi di Indonesia yang sudah terjadi selama puluhan tahun berhasil diungkap satu per satu saat reformasi digulirkan pada 1998. Peristiwa 1998 ini pun dianggap sebagai peristiwa bersejarah, bahkan mampu menyebabkan hilangnya beberapa nyawa. Kasus korupsi yang terbongkar dimulai dengan tuduhan korupsi yang dilakukan pemimpin rezim Orde Baru, lalu beberapa kasus korupsi pejabat lain.
Kasus korupsi tampaknya sudah mendarah daging di kalangan masyarakat Indonesia, terutama yang menduduki posisi pejabat negara. Sejatinya, mereka mengayomi serta menjamin kesejahteraan rakyat. Namun, menjamin kesejahteraan diri dan keluarga tampaknya lebih menarik hati para pejabat sehingga tidak heran jika pemberitaan kasus korupsi terus menghiasi layar kaca.
Uang yang dirampok para maling kakap itu pun tidak tanggung-tanggung. Jumlah uang yang dilipat itu, bahkan, bisa mencapai jumlah ratusan miliar dan ratusan triliun. Sungguh angka yang fantastis dan cukup digunakan untuk mengangkat “derajat” serta memperjuangkan hak hidup masyarakat Indonesia dari ranah kemiskinan.

Kasus Korupsi - Korupsi Itu Penyakit

Para petinggi Indonesia terbilang unik karena sering dikaitkan dan ditemukan menggelapkan sejumlah dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan. Namun, jeritan dan tangisan rakyat kecil demi mendapatkan sesuap nasi tampaknya abai dari perhatian beliau-beliau itu.
Beda halnya dengan saat meminta dukungan rakyat untuk mendudukkannya di atas kursi kehormatan. Beribu janji manis serta makanan, meskipun hanya sekardus mie instan, terus disebar. Namun, apa yang terjadi ketika mereka berhasil menduduki kursi tersebut?
Selesai. Ia hanya berjuang mensejahterakan diri dan keluarganya dengan tingkat sejahtera di atas rata-rata melalui kasus korupsi. Lantas, nasib rakyat? Rakyat tidak lebih dari sekadar alat untuk menggiring beliau ke ranah kehidupan super elit sebagai “abdi negara”.
Memang, para koruptor yang terlibat kasus korupsi tidak selalu berasal dari kalangan pejabat negara. Banyak pula koruptor lain yang posisinya sama sekali tidak berhubungan dengan partai politik tertentu. Namun, efeknya sama saja. yaitu, merampas bakal kesejahteraan rakyat. Aksi para koruptor dalam kasus korupsi ini pun semakin membuat rakya geram sehingga mereka dijuluki pencuri di negeri sendiri.

Pemberantasan Kasus Korupsi

Ada sebuah pertanyaan yang cukup menggelitik bagi para petinggi negara yang selama ini digadang-gadangkan tengah berusaha memberantas kasus korupsi, sejauh mana komitmen dan kesungguhan mereka, termasuk presiden, untuk memberantas kasus korupsi? Semakin marak komisi pemberantas korupsi, semakin marak pula kasus korupsi.
Semakin hari, para koruptor semakin liar beraksi. Bahkan, para wanita pun sudah berani mencium dan melakukan kasus korupsi. Jika demikian, dapatkah kasus korupsi di Indonesia bisa benar-benar diberantas? Apakah kasus korupsi di Indonesia hanya akan ditanggapi serupa dengan penyelesaian kasus korupsi pemimpin Orde Baru yang hanya berujung pada SP3 (Surat Penghentian Penyelidikan Perkara)? Bisa pula berakhir dalam pembaringan rumah sakit?
Beberapa kasus korupsi di Indonesia rata-rata tidak menemui penyelesaian akhir. Kasus dan penyelidikannya dibiarkan berlarut-larut hingga kasus tersebut lenyap begitu saja. Bahkan, mereka tidak ragu-ragu menciptakan kasus baru untuk menutupi kasus lama. Sekalipun ada kasus korupsi yang selesai dimejahijaukan, hukuman yang diterima koruptor tidak sebanding dengan kerugian yang dilakukannya.
Berkaca dari pemberian hukuman pada para koruptor, tampaknya hukum Indonesia memang belum bekerja sesuai ranah dan sanksi tepat atas pelanggaran. Bahkan, hukuman pencuri ayam, pencuri sandal, dan pencuri kaos butut, lebih berat dibanding hukuman para koruptor. Para pencuri kelas teri itu, bahkan, bisa kehilangan nyawa gara-gara diamuk massa.
Inikah wajah hukum Indonesia? Bukankah negara menjamin persamaan hak atas hukum bagi setiap warganya seperti yang tertera dalam UUD 1945? Faktanya, hukum Indonesia bisa dibeli. Hukum hanya berpihak pada orang berkantung dan bermuka tebal. Tidak ada istilah keadilan bagi orang miskin.

Penyebab Kasus Korupsi

Maraknya kasus korupsi di Indonesia tentu dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
  • Sikap mental yang kurang terdidik dan hanya memikirkan kesenangan pribadi.
  • Lemahnya ketaatan beragama.
  • Keadaan lingkungan yang dipenuhi para koruptor akan membuat seseorang berlaku serupa demi menjaga eksistensinya.
  • Kurangnya kesejahteraan hidup dalam hal materi.
  • Tergiur untuk memiliki barang-barang mewah dan serba impor.
  • Lemahnya sistem penegakan hukum.
Itulah penyebab kasus korupsi, penyakit yang telah menjangkiti para petinggi Indonesia. Semoga Anda tidak tergiur dengan rayuan menyesatkan dan menyengsarakan rakyat ini. Jadilah pemimpin yang bijaksana dan peduli pada rakyat. Pemimpin yang baik sejatinya mendahulukan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi dan golongan.
Satu hal yang harus diingat, mengambil atau merampas hak orang lain adalah perbuatan dosa. Jadi, makanlah dan beri makan pula keluarga Anda dengan rezeki yang halal dan didapat dengan cara legal! Berlakulah sebagai pemimpin dan abdi negara yang melek norma serta agama!

Solusi Kasus Korupsi

Rakyat Indonesia sudah sangat merasa kecewa dengan maraknya kasus korupsi. Kasus korupsi terjadi mulai dari tingkat daerah sampai tingkat naional, dari seorang pedagang sampai kasus korupsi pejabat, dari ribuan rupiah sampai triliunan. Pada intinya, semua tidak akan terhindar dari kasus korupsi. 
Hal yang memalukan dari kasus korupsi di Indonesia yaitu peringkat 10 besar sebagai negara terkorup di dunia. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam memberantas kasus korupsi adalah dengan membentuk KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) pada Kabinet Presiden Sosilo Bambang Yudhoyono. Namun, tetap saja para pelaku kasus korupsi terus meraja lela. 
Dilihat dari sudut pandang psikologi, orang yang terlibat kasus korupsi dan para koruptor tidak pernah jera adalah bentuk ketamakan atau tidak pernah puas/ bersyukur terhadap apa yang sudah dimiliknya. Itulah sebabnya banyak pelaku kasus korupsi tidak pernah jera dengan hnukuman walaupun pemerintah sudah membentuk KPK. 
Solusi memberantas kasus korupsi dapat dilakukan secara psikologi, yaitu dengan metode ESQ sebagai pendekatan spiritual karena sebab dari kasus korupsi adalah sifat tamak. Metode ESQ terhadap penanggulangan kasus korupsi dapat dilakukan oleh keluarga. 
Sementara itu, solusi jangka panjang kasus korupsi adalah dengan pola asuh. Keluarga yang di dalamnya terdapat prinsip sosial, fungsi edukatif, dan pengelolaan ekonomi, dapat dipakai sebagai alternatif solusi pencegahan sifat korupsi dan kasus korupsi di Indonesia. Cara-cara ini dilakukan karena memang kasus korupsi adalah bahaya laten yang bisa dipraktikkan oleh siapa saja dan di mana saja. 

Stop Kasus Korupsi

Kasus korupsi merupakan kejahatan yang sudah merajalela menyebar ke dalam kehidupan sosial bangsa Indonesia. Kasus korupsi diibaratkan seperti penyakit menular yang ganas, menjalalar keseluruh elemen kehidupan, dari kalangan atas sampai kalangan terbawah. Bahkan para pelaku kasus korupsi atau koruptor dikatakan melakukan kaderisasi, sama seperti para teroris yang juga melakukan kaderisasi. 
Setiap hari, masyarakat sepertinya sudah bosan dengan pemberitaan di media yang didominasi kasus-kasus korupsi. Jaringan kasus korupsi seolah-olah sangat kuat dan tidak bisa terputuskan oleh apapun juga. Selain itu, jaringan korupsi diibaratkan seperti benang kusut yang sulit ditemukan ujung pangkalnya.
Berikut ini tahapan-tahapan pencegahan kasus korupsi.
  1. Pencegahan diri dan keluarga dari tindakan korupsi dan suap. 
  2. Keteladanan seorang pemimpin. 
  3. Tindakan tegas terhadap pelaku korupsi dan suap.
Mulai saat ini niatkan diri kita untuk mengatakan Stop Korupsi.

0 komentar:

Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... -->
 
All About Lembaga cyber information | Copyright © 2011 Diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger