Anggota TNI melakukan pencarian korban jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet
100 di kawasan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5/2012).
Pesawat Sukhoi SJ 100 jatuh di Gunung Salak Rabu (9/5/2012) dengan
membawa penumpang 50 orang.
Dua wartawan Rusia, Senin (14/5/2012), menyerah akan kedahsyatan
topografi Gunung Salak. Mereka berangkat dalam 15 orang bersamaan dengan
Tim KNKT Rusia.
Kemarin sore, dua diantarnya terlebih dulu
menyerah. "Ada dari Tim rusia yang minta pulang. Saya cek ternyata 2
wartawan, bukan anggota KNKT (Rusia). Ya udah, mereka kami bawa pulang
ke sini (Posko Cijeruk)," ucap Kolonel (Inf) AM Putranto, Senin pagi.
Belum diketahui nama wartawan itu. Hanya, salah seorang diantaranya berambut gondrong dan berbadan gempal.
Senin, 14 Mei 2012
Dua Wartawan Rusia Mundur Dari Gunung Salak
Ruang Genset TransTV Terbakar, Siaran Terganggu
- Api melalap ruang genset di basement Gedung TransTV,
Jakarta Selatan, Minggu (13/5/2012) sore. Kejadian itu diduga akibat
hubungan pendek arus listrik dan menimbulkan asap tebal.
"Ruang
genset terbakar, diakibatkan oleh pelistrikan genset dan menimbulkan
asap tebal," kata petugas Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Selatan,
Sanak, kepada Kompas.com, Minggu (13/5/2012).
Sanak
mengatakan, kejadian itu berlangsung pada pukul 16.14 WIB. Sudin Damkar
Jaksel mengerahkan 13 unit mobil damkar ke lokasi kejadian dan berhasil
memadamkan api pada pukul 17.58. "Tidak ada korban. Sekarang unit damkar
bersiap-siap pulang," kata Sanak.
Head of Marketing Public
Relations Trans TV Hardiansyah Lubis mengatakan, kebakaran tersebut
mengakibatkan siaran acara Trans7 maupun TransTV mengalami gangguan.
Dibantah, Penemuan Pilot dengan Parasut
Kabar yang menyebutkan tim evakuasi menemukan
jenazah pilot Sukhoi Superjet 100 yang tergantung dengan parasut,
dibantah pihak Kepolisian dalam jumpa pers yang digelar di Rumah Sakit
Polri, Kramatjati, Jakarta, Minggu (13/5/2012).
Anggota Komisi I
Dewan Perwakilan Rakyat, Roy Suryo, yang diundang Kepolisian sebagai
pakar, mengatakan kalau kabar jenazah pilot dengan parasut itu tidak
benar.
Roy Suryo yang mengaku pernah mengecek langsung pabrikan
Sukhoi itu mengatakan kalau pesawat Sukhoi komersial tidak pernah
dilengkapi dengan kursi pelontar (ejection seat) seperti halnya pesawat
tempur. Dengan demikian, menurutnya, mustahil jika pilot dapat ke luar
pesawat dengan parasut.
"Isu diketemukan pilot tergantung di
pesawat, kebetulan saya Komisi I DPR yang punya kedekatan dengan
pabrikan Sukhoi, yang jelas pesawat sipil Sukhoi tidak dilengkapi
ejection seat. Tidak mungkin untuk penerbangan sipil," kata Roy Suryo.
Ia
pun berharap masyarakat tidak menyebarkan informasi sesat melalui
teknologi. "Konsekuensinya ada, dalam UU ITE (Undang-Undang Informasi
dan Transaksi Elektronik)," kata Roy Suryo.
Selain itu, Roy
mengimbau agar keluarga korban Sukhoi tidak terpengaruh atas
berita-berita yang tidak bertanggung jawab seperti itu.
Sebelumnya
beredar kabar yang mengatakan kalau jenazah pilot Sukhoi, Alexander
Yablontse ditemukan tersangkut di pohon dengan mengenakan parasut.
Dalam
kesempatan tersebut, Roy juga mengatakan kalau foto-foto jenazah yang
beredar di dunia maya, tidaklah benar. Menurut Roy, foto tersebut
bukanlah foto jenazah korban Sukhoi seperti yang disebut oleh pengguna
Twitter berinisial YS dalam akunnya.
"Saya sudah memastikan
(foto-foto) itu 100 persen palsu. Itu diambil dari website Brazil pada
2010, ini foto korban kecelakaan di Pakistan. Website ini memang menyimpan foto korban kecelakaan pesawat, darat, kereta api," katanya.
Kecelakaan Pesawat di Nepal Tewaskan 19 Orang
Satu pesawat milik Agni Air jatuh di Jomsom, Nepal barat, Senin
(14/5/2012) pagi, menewaskan 19 orang sementara itu lima lainnya
berhasil diselamatkan hidup-hidup.
"Sembilan belas orang telah
dikonfirmasi tewas sementara lima orang lainnya berhasil diselamatkan
hidup-hidup," kata sumber-sumber di Nepal. Pesawat itu dalam penerbangan
dari kota Pokhara ke Jomsom, Mustang.
Operasi penyelamatan sedang
dijalankan. Sebagian besar penumpang adalah orang asing. Yang terluka
telah diterbangkan ke rumah sakit untuk perawatan, kata sumber tersebut.
Sesuai
laporan, pesawat tersebut jatuh karena mereka gagal saat memutar
pesawat di bandara yang sempit. Bagian depan pesawat telah benar-benar
rusak. Kantor berita Rusia RIA Novosti mengatakan, pesawat tersebut adalah pesawat turis.
Pesawat
itu lepas landas dari kota kedua Nepal Pokhara, dan turun dekat Jomsom,
medan pendaratan pendek yang dikelilingi oleh puncak gunung yang
tinggi.
Ada tiga awak lokal di pesawat itu, enam belas orang India dan dua orang asing lainnya. Mengutip sumber di militer Nepal, Xinhua melaporkan 19 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Para
korban tewas belum diketahui namanya. Salah satu korban selamat di
antaranya adalah pramugari R. Haiju, namun kemudian meninggal di rumah
sakit Pokhara.
Jomsom merupakan tujuan populer dengan para trekker menuju tempat ziarah di Muktinath di utara Mustang.
Pesawat
Agni Air Dornier lainnya jatuh di Makawanpur, Nepal pada Agustus 2010,
dan satu pesawat udara Beechcraft 1900D jatuh di dekat ibu kota
Kathmandu pada September 2011.
10 Spesies Baru Ikan Diteliti
11 spesies baru yang ditemukan di Raja Ampat (dari atas, kiri ke kanan)
masing-masing Pterois andover, Pterocaesio monikae, Pseudochromis jace,
Pseudanthias charlenae, Pictichromus caitlinae, Melanotaenia synergos,
Chrysiptera giti, Paracheilinus nursalim, Hemiscyllium galei,
Corythoichthys benedetto, dan Hemiscyllium henryi.
Indonesian Biodiversity Research Center (IBRC) tahun ini fokus
meneliti 10 spesies ikan baru dari sejumlah wilayah di Tanah Air.
"Penelitian
itu bertujuan mendeskripsikan jenis ikan baru dari unsur genetika atau
DNA," kata Dita Cahyani, Koordinator Riset IBRC di sela-sela kunjungan
delegasi National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) di
Denpasar, Jumat (11/5/2012).
Menurut dia, para peneliti dari
sejumlah universitas termasuk Universitas Udayana, Universitas
Diponegoro, dan Universitas Cendrawasih antara lain mengidentifikasi
spesies ikan dartfish, ikan hiu, dan jawfish.
Pimpinan
IBRC Prof IGNK Mahardika mengatakan, jenis ikan baru yang
diidentifikasi berasal dari Papua, Bali, Aceh, dan Kepulauan Karimun
Jawa.
"Sebenarnya banyak sekali jenis penelitian yang sedang kami
lakukan pada tahun ini, namun fokusnya terhadap spesies baru tersebut,"
ujarnya.
Mahardika mengatakan, selain meneliti 10 ikan jenis
baru itu pihaknya juga ditawari untuk meneliti genetika ikan tuna untuk
mengetahui populasi ikan tersebut.
Asteroid Vesta Sejatinya Sebuah Embrio Planet
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa asteroid Vesta, objek terbesar
kedua di antara orbit Mars dan Jupiter, sejatinya merupakan protoplanet
(embrio planet). Sayangnya, embrio planet ini mengalami kegagalan
berkembang atau keguguran.
Astronom dari Jet Propulsion
Laboratory, NASA, di California baru-baru ini menggali data hasil
tangkapan wahana antariksa Dawn untuk memperoleh hasil tersebut.
"Kami
sekarang mengetahui bahwa Vesta adalah satu-satunya bangunan
protoplanet yang utuh berasal dari masa-masa awal sejarah Tata Surya,"
ungkap Carol Raymond, pimpinan investigasi misi Dawn seperti dikutip
Scientific American, Jumat (11/5/2012).
Menurut astronom, objek
lain seumuran Vesta mungkin saja bergabung dengan planet atau sudah
hancur akibat tumbukan miliaran tahun lalu.
Astronom
menguraikan, ada beberapa hal yang menunjukkan bahwa Vesta adalah sebuah
protoplanet. Pertama, Vesta memiliki inti besi selebar 220 km. Inti
besi tersebut sanggup menghasilkan medan magnet serupa yang dimiliki
Bumi.
Sebelumnya, astronom menduga Vesta adalah adalah induk dari howardite-eucrite-diogenite
(HED) meteorit (terdiri dari batuan magmatik yang terbentuk di
temperatur tinggi). Riset menunjukkan bahwa Vesta memang induk dari
jenis meteorit ini.
Bukti ketiga, permukaan asteroid Vesta
menunjukkan kompleksitas yang tinggi, yang lebih menyerupai planet
batuan daripada sebuah asteroid. Ini menegaskan bahwa Vesta adalah
sebuah obbjek angkasa yang spesial.
Lalu, apa yang menyebabkan
Vesta gagal menjadi planet? Astronom memperkirakan, penyebabnya adalah,
Vesta berada di tempat yang tidak tepat.
Merkurius, Venus, Bumi
dan Mars berada di orbit dalam Tata Surya, relatif tidak terpengaruh
oleh gravitasi benda lain. Dengan demikian, protoplanet bisa membentuk
planet dengan lebih mudah. Sementara, Vesta berada di antara orbit Mars
dan Jupiter, dimana gravitasi Jupiter sangat mempengaruhi.
"Di
sabuk asteroid, Jupiter memberi pengaruh sangat besar sehingga
protoplanet-protoplanet tidak bisa berakresi (bergabung) satu sama
lain," ungkap David O'Brien, peneliti di misi Dawn, seperti dikutip
Space, kamis (10/5/2012).
Di wilayah sabuk asteroid, benda-benda
juga bergerak dengan kecepatan tinggi sehingga berpotensi untuk
bertabrakan satu sama lain. Kecepatan tinggi inilah yang diduga
menghancurkan banyak objek seperti Vesta.
Vesta yang memiliki
lebar 530 km sendiri mengalami tumbukan. kawah di kutub selatan selebar
505 km dan kawah lain selebar 400 km menjadi buktinya.
Menurut
ilmuwan, Vesta sendiri sudah beruntung dapat bertahan hidup di tengah
berbagai tumbukan selama 4,5 miliar tahun. Ilmuwan mensyukuri hal ini
sebab dapat menggunakan Vesta sebagai alat mempelajari Tata Surya.
"Vesta
istimewa karena bisa selamat dari tumbukan keras di lingkungan sabuk
asteroid selama miliaran tahun, memungkinkan kita untuk menginterogasi
saksi kunci peristiwa pada masa-masa awal Tata Surya," kata Raymond.
Hasil penelitian ini dipublikasikan di jurnal Science, Kamis (10/5/2012) lalu.
Ilmuwan Ungkap Rahasia Pari Manta
Pari manta, ikan yang lebarnya mencapai 7,62 meter, telah lama
menjadi misteri. Tak banyak yang diketahui dari ikan yang kadang juga
disebut kelelawar laut ini.
Dalam studi terbaru menggunakan
satelit, ilmuwan berhasil mengungkap beberapa rahasia soal pari manta.
Diantaranya soal perilaku dan jarak pergerakan jenis ikan ini.
"Satelit
yang mengirim data menguak bahwa pari manta bermigrasi sejauh hingga
1100 kilometer selama periode studi," kata Matthew Witt, ilmuwan dari
Environment and Sustainability Institute, University of Exeter.
"Pari
manta menghabiskan sebagian besar waktunya mengitari wilayah pesisir
yang kaya zooplankton dan telur ikan," tambah Witt kepadaLivescience
pada sabtu (12/5/2012).
Pari manta adalah hewan filter feeder. Ia
mencari makan dengan membuka mulut, mengoleksi zooplankton. Pari manta
dikatakan banyak menghasibkan waktu di perairan berjarak sekitar 3,2
kilometer dari pantai.
Howard Rosenbaum dari Wildlife
Conservation Society mengatakan, studi seperti ini sangat penting dalam
mengembangkan manajemen pari manta, yang jumlahnya mulai menurun secara
global.
Pari manta masuk dalam kategori terancam berdasarkan
International Union for Conservation of Nature. Banyak pari manta
menjadi tangkapan samping dari nelayan yang berburu ikan lain seperti
hiu.
Pari manta kadang disebut "devilfish" namun tak berbahaya
bagi manusia. Ikan ini tidak bisa menyengat seperti jenis pari lainnya.
Riset mengungkap bahwa rasio otak dan tubuh pari manta paling besar
dibandingkan hiu dan pari.
Peneliti mengungkapkan bahwa tracking
pari manta dengan satelit menawarkan cara memahami migrasi global ikan
ini serta ancamannya. Hasil penelitian dipublikasikan di jurnal PLoS
ONE.
Temuan Kalender Maya Ungkap Rahasia Kiamat
Arkeolog berhasil menemukan kalender suku Maya di sebuah kota tua zaman
Maya yang telah runtuh, berlokasi di hutan hujan tropis Guatemala.
Kalender
yang tertulis dalam huruf paku tersebut ditemukan bersama mural raja
dan pembantunya. Sepertinya, kalender yang ditemukan telah menjadi
rujukan bagi para astronom dan matematikawan sekitar tahun 800 Masehi.
Yang paling menarik, kalender ini sama sekali tidak menunjukkan bahwa dunia akan kiamat pada akhir tahun 2012.
"Kalender
Maya akan terus berjalan hingga miliaran, triliunan, dan oktilion tahun
di masa depan," kata David Stuart dari University of Texas yang ikut
dalam penelitian ini.
Kalender tersebut ditemukan pada ruang berukuran sekitar 2 x 2 meter, pada tembok bagian timur ruangan.
Kalender
yang ditemukan menunjukkan beberapa macam siklus kalender, seperti
kalender perayaan 260 hari, kalender Matahari 365 hari, kalender siklus
planet Venus 584 hari, dan kalender siklus Mars 780 hari.
Sementara
itu, pada tembok bagian utara ruangan terdapat kalender Maya dan
perhitungan tentang Bulan, Matahari, dan mungkin Venus dan Mars. Di
sana, terdapat petunjuk bahwa waktu masih akan berlangsung hingga
7.000-an tahun di masa depan.
"Mengapa mereka sampai pada tahun
angka tersebut jika memang dunia akan berakhir pada tahun ini," kata
Anthony Aveni dari Colgate University di New York, pakar astronomi suku
Maya, seperti dikutip Daily Mail, Kamis (10/5/2012).
Sebelumnya, dalam kalender Maya dikenal periode 400 tahun yang disebut baktun. Pada 21 Desember 2012 diperkirakan 13 baktun telah terlalui. Dan, inilah yang menjadi penyebab beredarnya rumor kiamat pada hari itu.
Namun, menurut Stuart, setelah 13 baktun, yang terjadi hanyalah menuju ke siklus yang baru. Penemuan kalender Maya kali ini memberikan dukungan akan hal tersebut.
"Ada lebih banyak lagi yang ada di kalender Maya ini daripada hanya 13 baktun," kata Stuart, seperti dikutip Space, Kamis lalu.
Ada
24 unit waktu yang bisa terkait dengan kalender ini. Sementara itu,
hanya lima yang ditemukan, dan itu pun sangat panjang waktunya. Tercatat
pula bahwa kalender Maya ini mencapai 17 baktun.
Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Science, Jumat (11/5/2012).
Kompleks
tempat kalender dan mural ditemukan disebut Xultun. Meski ditemukan
sejak 1915, baru 0,1 persen dari kompleks ini yang tereksplorasi.
Temuan
kalender dan mural kali ini tergolong penemuan besar. Ini menunjukkan
keahlian bangsa Maya dalam matematika dan astronomi. Sekaligus,
menggambarkan aktivitas raja dan para ahli di masa Maya.