Buscar

Minggu, 19 Februari 2012

Kawasan Ambalat: Pemicu Konflik Internasional Indonesia - Malaysia


 

Kawasan perbatasan sering kali menjadi pemicu konflik internasional antarnegara. Lihat saja konflik Palestina–Israel yang memperebutkan sepetak tanah di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Yerusalem Timur. Atau Konflik India–Pakistan untuk wilayah Kashmir. 
Begitu juga pada bangsa ini. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ribuan pulau yang merupakan wilayah perbatasan dengan teritori negara tetangga. Dan sepanjang sejarah republik ini, negara tetangga yang paling sering berkonflik adalah Malaysia.
Tercatat sekurangnya ada 18 titik konflik perbatasan antara Indonesia dan Malaysia. Mulai dari Pulau Sentut, Tokong Malang Baru, Damar, Mangkai, Tokong Nanas, Tokong Belayar, Tokong Boro, Semiun, Subi Kecil, Kepala, Sebatik, Gosong Makasar, Maratua, Sambit, Berhala, Batu Mandi, Iyu Kecil, dan Karimun. Pulau-pulau itu tersebar di perairan Selat Sulawesi Utara, perbatasan Pulau Kalimantan dengan Malaysia, dan perairan Batam.
Adapun di daratan, titik konflik itu membentang sepanjang perbatasan Sarawak (Kalimantan Utara) dan Kalimantan Barat–Kalimantan Timur. Disebut sebagai titik konflik karena amat mudahnya berbagai hal terjadi di wilayah ini dapat menyulut ketegangan bilateral kedua negara.
Dari Sipadan–Ligitan Hingga Ambalat
Tentunya masih jelas di memori kolektif rakyat Indonesia bagaimana kasus Sipadan dan Ligitan tahun 2002. Saat itu, Indonesia “harus rela” melepas kedua pulau yang berada di Selat Makassar menjadi milik Malaysia. Perseteruan akan wilayah perbatasan yang memuncak hingga ke Mahkamah Internasional tersebut, membawa hasil mengecewakan bagi Indonesia.
Tak cukup sampai di situ, pada Mei 2009, kawasan perairan Ambalat di Kalimantan Timur kembali menjadi sengketa. Terjadi insiden pengusiran kapal perang Malaysia oleh kapal perang Indonesia. Termasuk terlacaknya helikopter Malaysia yang memasuki wilayah Indonesia sejauh 40 mil laut. Untungnya insiden tersebut tidak berakhir dengan kontak senjata.
Sebelumnya, konflik Ambalat mulai memanas pada 2005 ketika Malaysia mengklaim wilayah tersebut sebagai miliknya. Adapun Indonesia bersikukuh bahwa Ambalat merupakan wilayah kedaulatan republik ini. Sehingga saling klaim terhadap wilayah yang memiliki kandungan minyak dan gas hingga 30 tahun itu pun terjadi.
Hingga 2011, kawasan Ambalat masih menyisakan masalah yang belum terselesaikan. Tarik ulur kepentingan kedua negara begitu alot. Belum ada solusi yang dapat diterima kedua belah pihak. Indonesia dan Malaysia tetap kekeuh bahwa kawasan bernilai Rp 4.200 triliun itu adalah milik mereka.
Pendekatan Budaya
Kiranya, permasalahan Ambalat patut mendapat perhatian semua pihak. Karena ibarat api dalam sekam, jika masalah ini tak segera terselesaikan dapat menimbulkan berbagai situasi yang tentunya tak diinginkan kedua negara.
Saat ini saja, sentimen negatif rakyat Indonesia kepada Malaysia begitu kuat. Apalagi ditambah sikap negara Malaysia yang dipersepsikan semena-mena oleh rakyat Indonesia. Seperti perlakuan tak manusiawi terhadap para Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia, hingga klaim berbagai budaya dan adat istiadat bangsa Indonesia sebagai milik Malaysia.
Perlu kiranya pendekatan budaya dikedepankan ketika jalur diplomasi mengalami jalan buntu (dead lock) supaya konflik internasional yang sudah sering terjadi tak berujung pada kontak fisik (perang).

0 komentar:

Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... -->
 
All About Lembaga cyber information | Copyright © 2011 Diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger