Hebatnya Arsitek Indonesia Zaman Dahulu

Saya orang awam yang terlahir dilingkungan arsitek berusaha untuk dapat memahami ilmu arsitek dari sudut rumah baik interior dan eksterior terhadap sosiologi masyarakat kampung Wae Rebo, Flores, NTT. Keunikan rumah yang berbetuk kerucut terpusat diatas yang ditandai oleh tiang diujungnya terdapat benda bulat (kecuali rumah ketua adat, atau disebut rumah gendang, dengan ditandai oleh tanduk kerbau) seakan menandai bahwa masyarakat Wae Rebo yang mewariskan satu-satunya rumah adat dari Manggarai, Flores, NTT ini adalah kekompakan dan solidnya berbagi kehidupan mereka secara turun menurun.

Pembangunan rumah adat Wae Rebo atau disebut juga Mbaru Niang dibangun oleh masyarakat sendiri, mulai dari konsep yang lahir dari para tetua, pencarian bahan kayu khusus yang terdapat di hutan (konon pengambilannya sekitar 12 km dari desa itu sendiri), proses pembangunan hingga upacara rumah yang akan siap dihuni.

Rumah adat ini rata-rata dihuni oleh 7 hingga 8 keluarga Wae Rebo, dan setiap kelahiran hingga mereka siap berkeluarga akan merasakan hangatnya kekeluargaan dan adat istiadat mereka mulai kegiatan memasak, bermain, ngobrol antar saudara dan lain-lain.

Yang saya perhatikan adalah, proses pembangunan rumah ini adalah tanpa menggunakan paku, melainkan dengan konsep pasak dan pen, dan diikat dengan rotan sebagai penguat setiap tulang fondasinya. Menurut cerita dari masyarakat ini, banyak sekali arsitek Indonesia dan luar negeri yang datang dan menginap untuk mempelajari konsep rumah adat Wae Rebo ini.

Inti dari semua ini, saya melihat dan merasakan hebatnya arsitek dari jaman dahulu yang hanya tinggal 9 unit rumah serta terpelihara dengan baik hingga sekarang di kampung Wae Rebo.

about Cyber Information http://aboutcyberinformation.blogspot.com/