Desa Lamalera terletak di selatan Pulau Lembata, Nusa Tenggara Timur memiliki mata pencaharian yang tidak biasa, yaitu memburu Paus. Paus yang diburu adalah jenis Sperm whales dan Pilot whales. Mereka tidak memburu Paus Biru karena mereka percaya bahwa Paus Biru adalah Paus penyelamat leluhur mereka.
Jangan bayangkan masyarakat Lamalera memburu paus dengan peralatan modern seperti senjata pemanah atau perahu besar dengan mesin yang cepat, Mereka memburu Paus hanya dengan bermodalkan perahu kayu dengan panjang sekitar 15 meter dan lebar hanya sekitar 2 meter dan bersenjatakan bambu yang disebut Tempulin dan berujung besi yang ditempa seperti panah yang disebut Harpoon.
Musim memburu Paus adalah bulan Mei sampai Oktober ketika laut tenang. Sebelum memulai perburuan Paus, masyarakat Lamalera melakukan ritual adat. Pada tanggal 28 atau 29 April, Suku Wujon yang tinggal di gunung akan turun ke pantai dan berdoa memanggil paus. Pada tanggal 30 dan 31 April semua masyarakat Lamalera akan berdoa untuk keselamatan nelayan yang akan pergi ke laut dan berdoa untuk orang yang meninggal di laut. Mereka berdoa menurut agama Kristen di depan mimbar yang ada di pantai dan ditutup dengan potong ayam atau babi. Lalu pada tangga 1 mei, hanya satu perahu yang boleh keluar dan memulai pencarian Paus, yaitu perahu Paraso Sapang, perahu tersebut menandakan suku teretua di Lamalera.
Apabila Paraso Sapang pada hari itu berhasil menemukan Paus, maka 19 kapal lainnya boleh keluar dan memburu paus tersebut. Apabila Paraso Sapang tidak berhasil menemukan Paus, maka pencarian akan dilanjutkan esok harinya bersama 19 perahu lainnya. 20 Perahu tersebut menandakan jumlah suku yang ada di Lamalera.
Di dalam satu perahu, ada 3 jabatan, yaitu Lamuri yang memegang kendali perahu atau juru kemudi perahu tersebut. Matros, kru perahu dan Lamafa, jabatan terpenting di dalam perburuan paus, yaitu orang yang berdiri di ujung kapal dan menombak Paus. Tidak sembarang orang bisa menjadi Lamafa dan Lamuri, hanya orang yang memiliki bakat khusus atau yang memiliki keturunan yang bisa menjabat.
Apabila mereka melihat Paus maka mereka akan teriak "Baleo, Baleo!" yang berarti Paus dalam bahasa Lamalera. lalu kapal akan mendekat kurang lebih 1-2 meter ke Paus, dan Lamafa akan meloncat keatas Paus dan menombak bagian bawah sirip Paus tepat kearah jantung Paus. perlu beberapa kali tombak dan waktu yang lama sampai Paus benar-benar mati dan memang butuh nyali besar untuk memburu paus, karena taruhannya nyawa. Bisa saja perahu tertarik ke bawah laut dan terlilit tali ketika menombak.
Pada musim berburu mereka bisa saja mendapatkan satu Paus perhari. Apabila mereka berhasil mendapatkan Paus, maka dagingnya akan dibagikan ke seluruh desa dan bahkan bisa disimpan sampai setahun karena sudah di keringkan dan diasap.
about Cyber Information http://aboutcyberinformation.blogspot.com/
Jangan bayangkan masyarakat Lamalera memburu paus dengan peralatan modern seperti senjata pemanah atau perahu besar dengan mesin yang cepat, Mereka memburu Paus hanya dengan bermodalkan perahu kayu dengan panjang sekitar 15 meter dan lebar hanya sekitar 2 meter dan bersenjatakan bambu yang disebut Tempulin dan berujung besi yang ditempa seperti panah yang disebut Harpoon.
Musim memburu Paus adalah bulan Mei sampai Oktober ketika laut tenang. Sebelum memulai perburuan Paus, masyarakat Lamalera melakukan ritual adat. Pada tanggal 28 atau 29 April, Suku Wujon yang tinggal di gunung akan turun ke pantai dan berdoa memanggil paus. Pada tanggal 30 dan 31 April semua masyarakat Lamalera akan berdoa untuk keselamatan nelayan yang akan pergi ke laut dan berdoa untuk orang yang meninggal di laut. Mereka berdoa menurut agama Kristen di depan mimbar yang ada di pantai dan ditutup dengan potong ayam atau babi. Lalu pada tangga 1 mei, hanya satu perahu yang boleh keluar dan memulai pencarian Paus, yaitu perahu Paraso Sapang, perahu tersebut menandakan suku teretua di Lamalera.
Apabila Paraso Sapang pada hari itu berhasil menemukan Paus, maka 19 kapal lainnya boleh keluar dan memburu paus tersebut. Apabila Paraso Sapang tidak berhasil menemukan Paus, maka pencarian akan dilanjutkan esok harinya bersama 19 perahu lainnya. 20 Perahu tersebut menandakan jumlah suku yang ada di Lamalera.
Di dalam satu perahu, ada 3 jabatan, yaitu Lamuri yang memegang kendali perahu atau juru kemudi perahu tersebut. Matros, kru perahu dan Lamafa, jabatan terpenting di dalam perburuan paus, yaitu orang yang berdiri di ujung kapal dan menombak Paus. Tidak sembarang orang bisa menjadi Lamafa dan Lamuri, hanya orang yang memiliki bakat khusus atau yang memiliki keturunan yang bisa menjabat.
Apabila mereka melihat Paus maka mereka akan teriak "Baleo, Baleo!" yang berarti Paus dalam bahasa Lamalera. lalu kapal akan mendekat kurang lebih 1-2 meter ke Paus, dan Lamafa akan meloncat keatas Paus dan menombak bagian bawah sirip Paus tepat kearah jantung Paus. perlu beberapa kali tombak dan waktu yang lama sampai Paus benar-benar mati dan memang butuh nyali besar untuk memburu paus, karena taruhannya nyawa. Bisa saja perahu tertarik ke bawah laut dan terlilit tali ketika menombak.
Pada musim berburu mereka bisa saja mendapatkan satu Paus perhari. Apabila mereka berhasil mendapatkan Paus, maka dagingnya akan dibagikan ke seluruh desa dan bahkan bisa disimpan sampai setahun karena sudah di keringkan dan diasap.
about Cyber Information http://aboutcyberinformation.blogspot.com/
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini