Macet menemani perjalanan kami menuju ke Kalimalang tempat dimana ada sebuah sanggar tempat berkumpulnya beberapa anak-anak yang berasal dari berbagai komunitas.
Berawal dengan jalan kaki, kemudian agak nyasar lalu naik metro mini dan akhirnya nyasar. Taksi menjadi alat transportasi terakhir setelah kebingungan mencari arah. Maklum, kami memang seorang newbie di Ibu Kota ini. Jalan satu-satunya yang agak aman memang naik taksi dan walaupun dengan argo yang terus berjalan membuat kantong menipis karena terjebak macet.
Dan, sampailah kami di kawasan Jakarta Timur, di tempat ini anak-anak dari berbagai komunitas urban datang dan tinggal bersama untuk belajar menghargai kehidupan, memaknai kebebasan, mengembangkan kemampuan dan kreativitas untuk bisa mengambil bagian dalam menata masa depan dunia yang lebih sejahtera dan lebih manusiawi.
Keberadaan Sekolah Otonom adalah bagian dari harapan dan impian masyarakat yang memiliki komitmen untuk menjadikan pendidikan sebagai bagian dari gerakan kebudayaan yang menghargai martabat dan menghormati hak anak.
Ini adalah ruang bagi anak-anak, dari berbagai latar belakang menempa diri untuk menjadi lebih berarti bagi diri dan lingkungannya.
Istilah otonom menunjuk pada azas pendidikan yang menghormati anak sebagai mahkluk yang memiliki kesadaran akan kebebasannya sekaligus keterbatasannya. Praksis pendidikan otonom bertumpu pada cara pembelajaran yang menempatkan anak sebagai subyek yang sedang tumbuh dan berkembang bersama dengan lingkungannya. Istilah otonom juga menunjuk pada keberadaan Sanggar Anak Akar sebagai sebuah organisasi nir-laba yang dikelola secara independen oleh anggota masyarakat yang berniat untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan pendidikan.
Pendidikan Sekolah otonom menyakup pengembangan kemampuan kognitif, afektif, konatif, dan kreatif. Dinamika hidup harian mulai dari bangun pagi, masak dan merawat lingkungan sekolah yang sekaligus menjadi tempat tinggal bersama merupakan bagian yang dirancang bersama untuk membantu proses pengembangan kemampuan anak. Sedangkan intensitas proses pembelajaran bersama dilakukan melalui kelas akademik dan kelas kreatif yang diselenggarakan secara reguler. Di samping itu disediakan ruang, waktu dan fasilitasi bagi setiap anak yang berminat untuk melakukan eksplorasi pengembangan kemampuan pribadi.
Saat ini peserta Sekolah Otonom adalah anak-anak yang berasal dari kalangan keluarga kelas bawah yang kehilangan hak sosial ekonominya untuk mendapatkan kesejahteraan. Karena pembelajaran di Sekolah otonom setara dengan pembelajaran Sekolah Menengah, maka prioritas kesempatan belajar di Sekolah Otonom diprioritaskan anak-anak yang bersusia antara 12 sampai dengan 16 tahun.
Kegiatan sehari-hari mereka mulai dari bangun tidur, dan tidur lagi dihabiskan di sanggar. Semacam sekolah pesantren yang diharuskan mengikuti jadwal yang ada. Jadwal akan semakin padat ketika akan ada pementasan, mereka diharuskan berlatih tiap sore. Belajar, bermain musik, dan belajar menggambar itulah keseharian mereka. Dan juga tersedia perpustakaan yang memiliki buku bacaan yang sangat lengkap. Beberapa buku best seller tersedia di dalamnya, ada buku yang bagus dan saya belum tau bahkan ada disitu.
Belajar musik dengan gratis, itulah yang bikin kami iri. Saya saja mau les musik harus mengeluarkan dana lebih, mereka disini dapat belajar dengan free bahkan bisa pentas. Tidak hanya belajar musik, mereka juga belajar menggambar, melukis dan beberapa kreativitas yang ada.
Obrolan bersama beberapa dari mereka nampaknya tidak cukup sehari, namun ketebatasan waktu membuat kami harus memotong cerita dari mereka. Matahari pun semakin meninggi, ini waktunya kami harus meninggalkan sanggar ini.
Cerita dari mereka akan selalu terngiang untuk kami, kegigihan dan cita-cita mereka membuat kami semakin bersemangat untuk ke depan.
about Cyber Information http://aboutcyberinformation.blogspot.com/
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini