Orangtua mesti mewaspadai asupan sukrosa (gula) yang berlebihan pada makanan anak. Selain bisa menyebabkan kegemukan, sukrosa juga bisa menyebabkan anak kekurangan gizi.
Sukrosa merupakan gula yang didapatkan dari kabohidrat. Awam mengenalnya sebagai gula pasir, gula merah, dan berbagai bentuk gula lainnya. Walau pun sukrosa merupakan salah satu sumber energi namun jika berlebihan akan mengganggu keseimbangan energi anak. Akibatnya, energi akan melebihi kebutuhan sesuai usianya.
"Konsumsi sukrosa yang berlebihan akan menyebabkan kegemukan karena sumber energi yang tidak dipakai akan disimpan sebagai lemak," kata dr.Inge Permadhi, Sp.GK, koordinator pelayanan masyarakat Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) - Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) di Jakarta, Rabu (9/11/2011).
Bahaya lain dari kelebihan sukrosa adalah menyebabkan anak kekurangan gizi. Menurut Inge, hal ini terjadi karena gizi makro dan mikro lainnya akan tergeser.
"Jika pola makan anak didominasi karbohidrat otomatis asupan gizi penting lainnya seperti lemak atau protein akan berkurang. Padahal dari sumber-sumber gizi itu juga melekat mikronutrien seperti vitamin atau zat besi," paparnya dalam acara media edukasi bertajuk Batasi Asupan Sukrosa pada Bayi di Jakarta (9/11/11).
Ditambahkan oleh dr.Ahmad Suryawan, Sp.A, asupan sukrosa berlebihan juga berdampak jangka panjang pada tumbuh kembang anak.
Dalam sebuah penelitian di Finlandia terbukti anak-anak yang asupan sukrosanya rendah memiliki kualitas pertumbuhan dan asupan nutrisi yang lebih baik dalam jangka panjang. "Selain itu, anak yang sukrosanya rendah memiliki peningkatan tinggi badan 1,5 cm lebih panjang dibanding anak yang sering mengasup sukrosa," kata dokter yang akrab disapa Wawan ini.
Bahaya lain dari sukrosa, menurut Wawan adalah kerusakan pada enamel gigi. "Sukrosa akan membuat gigi lebih asam dan mengubah komposisi mineral gigi sehingga gigi mudah berlubang," kata ahli tumbuh kembang dari Departemen Pediatrik RS. Sutomo, Surabaya ini.
Oleh karena itu, orangtua sebaiknya tidak memberikan sukrosa pada anak-anak di usia dini. "Bayi tidak memerlukan sukrosa, karena itu anak usia kurang dari 6 bulan sebaiknya diberikan ASI saja karena di dalamnya tidak ada sukrosa," ujarnya.
Ia menegaskan, makin dini anak diperkenalkan pada sukrosa, makin buruk hasilnya bagi tumbuh kembang anak.
Pembatasan sukrosa, menurut Wawan perlu dilakukan jika hasil deteksi pertumbuhan anak menunjukkan anak berada di atas normal. "Kalau persentil pertumbuhan anak sudah mendekati batas atas, batasi sukrosanya," ujarnya.
about Cyber Information http://aboutcyberinformation.blogspot.com/
Sukrosa merupakan gula yang didapatkan dari kabohidrat. Awam mengenalnya sebagai gula pasir, gula merah, dan berbagai bentuk gula lainnya. Walau pun sukrosa merupakan salah satu sumber energi namun jika berlebihan akan mengganggu keseimbangan energi anak. Akibatnya, energi akan melebihi kebutuhan sesuai usianya.
"Konsumsi sukrosa yang berlebihan akan menyebabkan kegemukan karena sumber energi yang tidak dipakai akan disimpan sebagai lemak," kata dr.Inge Permadhi, Sp.GK, koordinator pelayanan masyarakat Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) - Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) di Jakarta, Rabu (9/11/2011).
Bahaya lain dari kelebihan sukrosa adalah menyebabkan anak kekurangan gizi. Menurut Inge, hal ini terjadi karena gizi makro dan mikro lainnya akan tergeser.
"Jika pola makan anak didominasi karbohidrat otomatis asupan gizi penting lainnya seperti lemak atau protein akan berkurang. Padahal dari sumber-sumber gizi itu juga melekat mikronutrien seperti vitamin atau zat besi," paparnya dalam acara media edukasi bertajuk Batasi Asupan Sukrosa pada Bayi di Jakarta (9/11/11).
Ditambahkan oleh dr.Ahmad Suryawan, Sp.A, asupan sukrosa berlebihan juga berdampak jangka panjang pada tumbuh kembang anak.
Dalam sebuah penelitian di Finlandia terbukti anak-anak yang asupan sukrosanya rendah memiliki kualitas pertumbuhan dan asupan nutrisi yang lebih baik dalam jangka panjang. "Selain itu, anak yang sukrosanya rendah memiliki peningkatan tinggi badan 1,5 cm lebih panjang dibanding anak yang sering mengasup sukrosa," kata dokter yang akrab disapa Wawan ini.
Bahaya lain dari sukrosa, menurut Wawan adalah kerusakan pada enamel gigi. "Sukrosa akan membuat gigi lebih asam dan mengubah komposisi mineral gigi sehingga gigi mudah berlubang," kata ahli tumbuh kembang dari Departemen Pediatrik RS. Sutomo, Surabaya ini.
Oleh karena itu, orangtua sebaiknya tidak memberikan sukrosa pada anak-anak di usia dini. "Bayi tidak memerlukan sukrosa, karena itu anak usia kurang dari 6 bulan sebaiknya diberikan ASI saja karena di dalamnya tidak ada sukrosa," ujarnya.
Ia menegaskan, makin dini anak diperkenalkan pada sukrosa, makin buruk hasilnya bagi tumbuh kembang anak.
Pembatasan sukrosa, menurut Wawan perlu dilakukan jika hasil deteksi pertumbuhan anak menunjukkan anak berada di atas normal. "Kalau persentil pertumbuhan anak sudah mendekati batas atas, batasi sukrosanya," ujarnya.
about Cyber Information http://aboutcyberinformation.blogspot.com/
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini