Buscar

Sabtu, 05 November 2011

Aneh, Safirah Dioperasi Dua Jam, Keluarkan 26 Paku dan Jarum Suntik


Di balik penyakit yang dideritanya, Safirah, bocah asal Parepare ini boleh berbahagia. Pasalnya, banyak yang peduli padanya. Pasca operasi pengangkatan paku dari kedua betisnya, Safirah disambangi 41 anak yatim piatu yang mendoakan kesembuhannya.

Pasca operasi sekitar dua jam lamanya, petugas rumah sakit membawa Safirah ke ruang intensive care unit (ICU) atau Unit Rawat Intensif. Tidak berselang lama, Safirah yang terbaring di ranjang keenam ICU mendapat kunjungan 41 anak yatim piatu dipimpin ustaz M Nadjib Laady. Mereka membacakan tiga surah yang berhubungan dengan penyakit karena perbuatan syaitan atau manusia.

“Sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah, maka membaca tiga surah yakni surah al Falaq, surah An Nash dan Ayatul Qursy. Namun selain doa kami tetap meminta keluarganya agar menjauhi musrik dan memerbaiki hubungannya dengan Allah Swt dan sesama manusia,” beber Nadjib.

Adapun 41 anak yatim yang dilibatkan dipilih mereka yang berusia di bawah sepuluh tahun. Alasannya, pada usia tersebut mereka belum diketegorikan berdosa atau istilahnya masih suci. Dan kenapa anak yatim” Nadjib menjelaskan bahwa dalam Islam dipercaya bahwa kekuatan doa anak yatim sangat besar untuk diijabah.
Sarifah Hamsiah, ibunda Safirah, ketika melihat betapa banyak yang mendoakan kesembuhan anaknya terlihat begitu terharu. Ketegaran yang selama ini dipertontonkan di depan oarng-orang di sekitarnya luluh saat itu juga. Untuk kali pertama, sejak kejadian Safirah terkuak di media, ia meneteskan air mata. Dirinya tidak pernah menyangka, di tengah kesendirianya merawat Safirah, ada banyak orang yang masih peduli pada nasibnya dan Safirah.

Hamsiah berharap, doa dan perawatan medis rumah sakit serta semua yang berdoa untuk Safirah, anak semata wayangnya kembali sehat dan tidak ada kejadian aneh lagi. Meski tidak tahu apa yang menimpa putrinya, ia tetap manaruh harapan agar kejadian yang sama tidak terulang lagi.

“Cukup satu kali ini saja, semoga selanjutnya tidak ada kejadian aneh lagi. Meskipun pengobatan Safirah ini gratis namun tetap saja saya orang tidak punya. Pekerjaan pun tidak ada. Semenjak masih kanak-kanak saya hanya menggantungkan hidup pada ayah saya yang pedagang obat keliling di pasar,” tuturnya sembari menyeka air matanya.
Inilah alasan mengapa Hamsiah memilih tidak menghubungi ayahnya (kakek Safirah) di Kabupaten Soppeng. Ia tidak mau menambah beban ayahnya yang pastinya akan meninggalkan usahanya dan ke Parepare menjenguk cucunya.
“Kalau ayah saya ke sini tentu menambah ongkos lagi. Lagian saya juga tidak tahu bagaimana cara menghubunginya karena kami berdua tidak punya handphone,” katanya.

Sementara kondisi Safirah sendiri sejak keluar dari ruang operasi, sempat mendapat bantuan pernapasan melalui tabung oksigen yang kira-kira tingginya sekira 150 cm. Ada juga kateter tempat ia buang air kecil serta selang infus untuk opname. Hebatnya, tidak ada yang berubah dari Safirah.

Setelah kesadarannya pulih secara berangsur-angsur, Safirah hanya memandang sekitarnya. Tidak sekalipun ia mengeluarkan suara rengekan atau tangis kesakitan. Hanya sedikit manja, ia meminta ibunya menggendongnya. Namun setelah diberi pengertian bahwa ia belum bisa digendong, bocah ini kembali bungkam dan tidur lagi.
Rabu, 2 Oktober pukul 10.30 Wita ketika JPNN kembali menjenguk kondisinya, Safirah yang menggunakan sarung berwarna hijau kombinasi merah tampak tertidur pulas. Berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya tidak diperdulikannya. Polos dan tenang, begitulah yang tergambar dari mimik wajahnya.

Menurut dokter Muslimin Ali yang mengobservasi kondisinya, Safirah kini dalam keadaan stabil. Tanda-tanda vital normal dan sudah melewati masa kritis. “Dari pantauan suhu tubuh, tensi, nadi, dan pernapasannya, semua baik. Meski agak panas tapi masih terbilang normal. Besok kemungkinannya sudah masuk kamar inap lagi,” tutur muslimin.
Terpisah, tim dokter yang menangani operasi Safirah yang diwakili dokter Nurdin Samad selaku ketua tim, dan Kamaruddin Said spesialis bedah masih heran atas kejadian aneh yang menimpah bocah tiga tahun itu.

Sekalipun secara medis dipercaya paku-pakuan tersebut benda asing yang dimasukkan, tetapi mereka masih mempertanyakan proses masuknya yang bisa dibilang tidak dijangkau nalar dan logika. “Logikanya, benda dimasukkan dari luar. Tetapi tidak mungkin juga karena jika itu terjadi maka pasti si anak ini kesakitan kecuali kalau dibius,” ungkap Nurdin, dokter spesialis penyakit dalam ini.

Sedangkan mengenai kondisi Safirah pasca operasi, Nurdin meyakinkan semuanya terkendali. Hanya saja perlu dijaga dan disterilkan. Ia juga menambahkan semua pembiayaan Safirah ditanggung Pemerintah Kota Parepare. Bahkan, kata dia, provinsi pun bersedia mambantu pembiayaannya.
about Cyber Information http://aboutcyberinformation.blogspot.com/

0 komentar:

Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... -->
 
All About Lembaga cyber information | Copyright © 2011 Diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger