Artikel yang mengupas tentang mitos dan fakta mengenai berbagai penyakit gangguan mental.
Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan 
bagaimana proses mental seseorang terjadi, sering menjadi bahan 
topik 
pembicaraan kita sehari-hari. Termasuk yang berkaitan dengan gangguan 
mental 
(mental disorder), yang seringkali tidak terlalu 
dipahami secara benar dan menjadi suatu persepsi bahkan opini yang salah
 di masyarakat. Dalam artikel ini ditampilkan beberapa mitos dari mental
 disorder yang sering kita dengar dan bagaimana fakta sebenarnya 
mengenai gangguan mental tersebut.
- Kepribadian Antisosial (Antisocial Personality Disorder)
   
Mitos:
     
Mereka adalah pribadi-pribadi yang tidak suka bergaul, lebih suka menyendiri dan menghindari kontak dengan lingkungan. 
 
Fakta:
     
Orang dengan kepribadian antisosial adalah orang-orang yang secara konsisten menunjukkan sikap ketidakpedulian
 terhadap hak-hak orang lain dan lingkungan dengan sikap-sikap yang 
tidak simpatik seperti berbicara kasar, bohong bahkan sampai dengan 
melakukan pencurian. Kebalikan dengan mitosnya, orang dengan kepribadian
 ini mereka sangat ekspresif (extrovert) dengan sikap-sikap 
yang menyebalkannya ini. Orang yang seringkali kita sebut dengan 
antisosial adalah mereka yang secara term psikologis disebut dengan avoidant personal disorder, mereka justru sangat peduli dengan perasaan orang lain, mereka menunjukkan sikap malu-malu dan cemas jika harus berhadapan dengan orang lain. 
 
- Kepribadian Ganda (Multiple Personality Disorder)
   
Mitos:
     
Orang yang berkepribadian ganda menunjukkan 
perubahan perilaku yang radikal, kehilangan ingatan atas apa yang baru 
saja terjadi ketika kepribadiannya berubah. 
 
Fakta:
     
Orang yang memiliki kepribadian ganda, biasanya 
walaupun tidak selalu, disebabkan oleh kejadian yang sangat traumatis 
disaat mereka masih kanak-kanak. Kejadian traumatis tersebut 
mengakibatkan munculnya dua sampai dengan ratusan kepribadian alternatif
 (alter personality) pada diri seseorang. Alter personality 
tidak selalu menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan sehingga 
para pengamat/terapis tidak menyadari eksitensinya. Kebanyakan orang 
dengan kepribadian ganda menyadari bahwa mereka 
memiliki alter personality dan mengetahui siapa saja alter personality 
mereka. Pada banyak kasus para alter personality ini dalam derajat 
tertentu saling berkomunikasi bahkan bekerja sama untuk menutupi 
kasus/masalah mereka dari terapis. Jadi perubahan perilaku yang radikal 
dan kehilangan ingatan saat mereka berganti kepribadian hanyalah mitos. 
 
- Disleksia (Dyslexia)
   
Mitos:
     
Semua penderita disleksia tidak dapat membaca dengan benar karena mereka selalu melihat kata/kalimat dengan urutan yang salah. 
 
Fakta:
     
Kalimat diatas merupakan dua mitos yang salah. Pertama, penderita disleksia dapat
 membaca jika sejak awal teridentifikasi, penderita mendapatkan 
pertolongan dari profesional untuk belajar dan memahami kata/kalimat. 
Dan jikapun pertolongan terlambat diberikan, penderita disleksia tetap 
dapat membaca namun dengan tahap perkembangan yang lambat dari 
seharusnya. Kedua, penderita disleksia sulit membaca karena masalah 
penglihatan mereka yang tidak dapat melihat urutan huruf dengan benar. 
Yang sebetulnya menjadi masalah bagi penderita disleksia bukanlah 
masalah penglihatan mereka tapi lebih karena keunikan cara berpikir 
mereka, bukan masalah visual. 
 
- Skizofrenia (Schizophrenia)
   
Mitos:
     
Penderita skizofrenia mendengar suara-suara dalam kepalanya. 
 
Fakta:
     
Kita sering berkelakar "ada suara-suara di kepala seperti orang skizofren".
 Ternyata, kebalikan dengan apa yang orang-orang yakini mengenai hal 
tersebut, tidak semua penderita skizofrenia mendengar suara-suara dalam 
kepala mereka. Halusinasi auditori yang sering mereka alami justru bukan
 datang dari dalam diri mereka melainkan dari objek yang berasal dari 
luar diri mereka. Selain itu, tidak semua penderita skizofrenia memiliki
 simptom yang sama. Mereka mungkin menunjukkan simptom halusinasi 
(melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata), atau delusi 
(mempercayai sesuatu yang tidak realistis), atau memunculkan sikap tanpa
 ekspresi atau dalam catatonic schizophrenia, mereka kehilangan
 hasrat untuk bergerak. Skizofrenia merupakan kelainan yang cukup 
kompleks dengan kemungkinan kemunculan simptom yang sangat luas. 
 
- Autis (Autism Spectrum Disorder)
   
Mitos:
     
Autis adalah kelainan yang sangat berat sehingga 
seseorang dengan kelainan tersebut tidak akan bisa berkomunikasi dengan 
lingkungan dan hanya hidup dalam dunianya sendiri. 
 
Fakta:
     
Banyak yang berpikir bahwa mereka yang telah di 
didiagnosis dengan autis akan memiliki hambatan untuk dapat berfungsi 
secara efektif di lingkungan karena orang yang autis secara permanen 
hidup dalam dunianya sendiri, tidak dapat diajak berkomunikasi, sering 
menunjukkan sikap temper tantrum (marah/mengamuk) tanpa alasan yang jelas. Sebenarnya, sesuai dengan namanya Autism Spectrum Disorder,
 merupakan suatu kelainan yang memiliki spektrum mulai dari ringan 
sampai dengan berat. Ringan bila mereka masih dapat berkomunikasi dan 
berfungsi dengan baik dalam lingkungan, meskipun kesehariannya mereka 
menunjukkan sikap-sikap unik atau eksentrik bagi lingkungannya, berat 
jika sudah menujukkan ketidakmampuan untuk berkomunikasi dengan 
lingkungan dan tampak hanya hidup dalam dunianya. Meskipun seseorang 
telah dikategorikan dalam spektrum autis yang berat, dengan terapi yang 
tepat dan konsisten, mereka masih dapat berkomunikasi (meskipun sangat 
terbatas) dan tidak menjadi beban untuk lingkungannya karena dalam batas
 tertentu mereka dapat dilatih untuk mandiri. 
 
- Hiperaktif (Attention Deficit Hyperactive Disorder/ADHD)
   
Mitos:
     
Anak dengan ADHD tidak dapat memperhatikan atau berkonsetrasi terhadap apapun, sedikitpun. 
 
Fakta:
     
Masalah ADHD belakangan ini cukup banyak muncul dan 
menjadi sesuatu yang biasa ditemui pada anak-anak. Bahkan terkadang 
orang tua dengan mudahnya melabeli anak mereka dengan "anak hiperaktif, tidak bisa diam sedetik pun".
 Pada kenyataannya, anak-anak dengan ADHD masih dapat memusatkan 
konsentrasi mereka, terutama pada hal-hal yang memang menurut mereka 
luar biasa sangat menarik. Yang menjadi masalah mereka sebetulnya adalah
 span atau rentang perhatian yang pendek sehingga mereka dengan mudah 
terganggu konsentrasinya oleh stimulus atau rangsangan yang muncul dari 
lingkungan. Dengan terapi yang tepat, anak-anak dengan ADHD dapat 
berlatih untuk mengatasi hal tersebut dan memperpanjang rentang 
konsentrasinya. 
 
- Mutisme Selektif (Selective Mutism)
   
Mitos:
     
Penderita mutisme selektif akan menolak untuk berbicara atau pernah mengalami kejadian traumatis dimasa lalunya. 
 
Fakta:
     
Pada awalnya sekelompok besar guru, orang tua dan 
psikolog yang bekerja untuk memahami mutisme selektif berpendapat bahwa 
penderita mutisme selektif memilih untuk tidak berbicara, 
mungkin dalam usahanya untuk mengontrol orang lain. Namun kemudian 
diketahui bahwa orang dengan mutisme selektif juga sebenarnya ingin 
berbicara tapi mereka takut untuk melakukannya. Sebagian penderita 
mutisme selektif ternyata juga diketahui menderita gangguan social anxiety disorder dimana biasanya mereka merasa tidak nyaman berada di keramaian, dan diam adalah cara mereka untuk mengatasi rasa cemas itu. 
Satu hal menarik, salah satu cara orang tua 
menghukum anaknya adalah dengan cara melarangnya berbicara, padahal hal 
ini dapat memperparah anak yang telah menderita mutisme selektif. 
 
- Gangguan Obsesif-Kompulsif (Obsessive-Compulsive Disorder/OCD)
   
Mitos:
     
Individu dengan masalah obsesif-kompulsif terobsesi 
dengan kebersihan yang berlebihan karena ketakutan mereka terhadap kuman
 serta terobsesi dengan kerapihan yang sangat kaku. 
 
Fakta:
     
Obsesif kompulsif merupakan salah satu bentuk gangguan kecemasan dengan dua karakteristik utama. Pertama mereka memiliki pikiran-pikiran yang sebenarnya tidak mereka inginkan (obsessive thoughts)
 namun terus muncul dalam kepala mereka, salah satunya bisa mengenai 
kuman atau kebersihan, atau pikiran mengenai keamanan sehingga mereka 
melakukan pemeriksaan yang berlebihan terhadap pintu dan jendela rumah 
atau mereka memiliki pikiran-pikiran untuk melakukan sesuatu yang tidak 
sesuai norma, seperti mencuri, membunuh sehingga mereka melakukan 
sesuatu berulang-ulang hingga mereka merasa pikiran tersebut hilang. 
Kedua, orang-orang dengan masalah 
ini memiliki pemikiran dan keyakinan bahwa jika mereka melakukan suatu 
ritual tertentu akan menghindarkan mereka dari kejadian-kejadian buruk 
yang mungkin terjadi seperti mencuci tangan dengan jumlah tertentu, 
menghindari pemakaian nomor yang dianggap buruk, mengucapkan kata-kata 
tertentu  (compulsion). Dengan melakukan hal tersebut sebetulnya
 hanya menghilangkan pikiran mereka untuk sementara saja dan ketika 
pikiran itu datang kembali, mereka akan melakukan hal tersebut dan terus
 berulang.
       
Jadi tidak semua orang dengan masalah obsesif-kompulsif memiliki ketakutan terhadap kuman atau penyakit. 
 
 
- Mencederai Diri (Self Injury/Self Harm)
   
Mitos:
     
Individu yang dengan sengaja memotong, membakar atau
 menyakiti diri sendiri, yang bertujuan untuk mengakhiri hidupnya atau 
mendapatkan perhatian dari lingkungan. 
 
Fakta:
     
Umumnya kasus mencederai diri seperti ini banyak 
ditemui pada remaja, mereka berusaha mengatasi gangguan atau masalah 
psikis yang dihadapi dengan merusak dirinya sendiri secara fisik. Cara 
tersebut mereka lakukan tidak selalu karena mereka ingin mengakhiri 
hidup mereka namun sebaliknya, mereka justru mencari jalan yang lebih 
aman dari bunuh diri dengan melakukan hal tersebut. Banyak orang 
berpendapat bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan 
perhatian dari lingkungan, itu dapat menjadi salah satu kemungkinannya 
namun beberapa kasus memperlihatkan individu yang menyakiti dirinya 
sendiri juga berusaha menutupi hal tersebut dengan berbagai cara, 
misalnya mengenakan pakaian berlengan panjang (jika luka di tangan) atau
 justru sejak awal mereka memilih lokasi luka yang tidak dapat dilihat 
orang lain. Jadi, ketika kita menemui seseorang dekat dengan kita 
melakukan hal ini, yang perlu menjadi perhatian bukan kenapa mereka 
melukai diri sendiri tapi lebih mencari tahu masalah apa yang dihadapi mereka sehingga mereka merasa perlu atau ingin melukai dirinya. 
 
 
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini