Pernikahan adalah ikatan hukum,  agama dan psikologis antara  seorang lelaki dewasa dan perempuan dewasa untuk membangun rumah  tangga, memiliki keturunan dan bersama-sama mengabdi kepada Allah SWT  dengan menjalankan segala perintah-Nya. Allah SWT memberikan  tuntunan-Nya kepada kaum Muslimin bahwa dalam rumah tangga, suami adalah  pemimpin rumah tangga. 
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena  Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian  yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan  sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shaleh, ialah  yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,  oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu  khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di  tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka  menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.  Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (An-Nisa : 34).
“Setiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas  kepemimpinannya. Seorang imam (amir) pemimpin dan bertanggung jawab atas  rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung  jawab atas kepemimpinannya. Seorang isteri pemimpin dan bertanggung  jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan)  bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung jawab  atas penggunaan harta ayahnya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Tanggung jawab suami sebagai pemimpin di rumah tangga adalah berat.  Ia akan diminta pertanggungjawabannya oleh Allah SWT di akhirat kelak  tentang semua apa yang dipimpinnya. Begitu sebuah rumah tangga  terbentuk, apa yang harus diperhatikan oleh seorang suami pada istrinya?  Pada awal-awal rumah tangganya, ada tiga hal yang harus dilakukan oleh  seorang suami pada istrinya untuk menyelamatkan bahtera rumah tangganya  ke depan dan untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin.
Memeriksa Tauhidnya
Tauhid adalah dasar keimanan setiap Muslim. Tauhid adalah dasar yang  menentukan benar tidaknya dan diterima tidaknya peribatan sebuah  keluarga kepada oleh Allah SWT.  Dengan demikian, tauhid adalah fundasi  pertama yang harus diperhatikan dalam membangun rumah tangga. Dasar inti  ajaran tauhid terdapat dalam tiga tempat: Pertama, dalam   rukun iman yang berisi enam pengakuan dan keyakinan kepada Allah,  malaikat-Nya, nabi dan rasul-Nya, Al-Qur’an, qadha dan qadar serta hari  akhir. Kedua, dalam surat Al-Ikhlas yaitu pengakuan tentang  keesaan Allah, Allah tempat bergantung segala sesuatu, Allah tidak  beranak dan dilahirkan, dan pengakuan tidak ada yang setara dengan  Allah. Ketiga, dalam ‘ummul kitab yaitu surat   Al-Fatihah yang berbunyi: “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”  (Hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada Allah memohon  pertolongan).
Tauhid yang benar akan menjadi dasar yang benar pula bagi seluruh  peribadatan keluarga kepada Allah SWT. Tauhidnya salah, menyimpang atau  belum lurus, akan menyebabkan seluruh amal-amal ibadah keluarga tersebut  tertolak bahkan celaka terjerumus dalam jurang kemusyrikan yang dosanya  tidak akan diampuni kecuali dengan taubat nasuha (taubat yang  sungguh-sungguh). Bila tauhidnya tidak benar maka seluruh peribadatan  kepada Allah jadi percuma dan tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Jelaslah, tauhid adalah dasar utama dan pertama sebuah keluaga yang  akan menentukan mereka selamat atau celaka. Memeriksa tauhid istri di  awal-awal pernikahan dan membentuk rumah tangga (sebelum yang lain-lain)  adalah tugas suami sebagai pemimpin dan kepala rumah tangga. Bila  setelah sekian tahun bahkan sampai tua, tauhid istri dan kemudian  anak-tidaknya tidak diperiksa dan ternyata tidak lurus kepada Allah SWT,  maka yang akan diperiksa dan diminta pertanggungjawaban pertama kali di  hadapan Allah SWT kelak adalah suaminya.
Memeriksa Wudhu dan Shalatnya
Fundasi kedua adalah wudhu dan shalatnya. Fundasi kemusliman dan  fundasi seluruh amal seorang Muslim adalah shalatnya. “Yang  pertama-tama dipertanyakan (diperhitungkan) terhadap seorang hamba pada  hari kiamat dari amal perbuatannya adalah tentang shalatnya. Apabila  shalatnya baik maka dia beruntung dan bahagia dan apabila shalatnya  buruk maka dia kecewa dan merugi” (HR. An-Nasaa’i dan Tirmidzi). “Barangsiapa  meninggalkan shalat dengan sengaja maka dia kafir terang-terangan”  (HR. Ahmad). Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga menyatakan bahwa  shalat adalah tiangnya agama (‘imaduddin). Barangsiapa  menegakkan shalat, ia telah menegakkan agamanya (aqamaddin).  Sebaliknya, meninggalkannya, berarti meruntuhkannya (hadamaddin).
Dengan demikian, shalat ada tiangnya agama dan yang paling dasar  dalam menjalan syari’at Islam. Tetapi, sebelum itu, sah tidaknya shalat  kita juga ditentukan oleh proses sebelumnya yaitu wudhunya. Wudhunya  benar, shalatnya akan benar, wudhunya salah shalatnya tidak sah. Wudhu  dan shalat tidak bisa dipisahkan. Hal-hal seperti ini mungkin dianggap  sepele padahal sangat penting menyangkut peranan dan tanggungjawab  seorang kepala rumah tangga. Karena merupakan dasar-dasar dalam  membangun rumah tangga yang taat kepada Allah untuk membangun keluarga  yang sakinah mawaddah warahmah, seorang suami harus  memperhatikan aspek-aspek dasar dan penting ini pada istrinya dan kelak  anak-anaknya, sebelum memperhatikan tugas, pernan dan tanggungjawabnya  dalam aspek-aspek lain.
Memeriksa Caranya Berhadats
Aspek “kecil” lain yang mungkin jarang diperhatikan selain wudhu  adalah soal berhadats (bersuci), disini terutama bersuci setelah  suami-istri melakukan hubungan seksual. Cara berhadats tentu harus  diperhatikan agar benar sesuai tuntunan Nabi SAW. Bila berhadatsnya  tidak benar, berarti setiap setelah melakukan hubungan, istri tidak  suci-suci. Tidak suci artinya kita beribadah dalam keadaan kotor (junub).  akan membuat seluruh amal ibadahnya tidak sampai dan tidak diterima  Allah SWT. Makanya, persoalan hadtas tidak bisa dianggap sepele. Bila  dihitung, berapa orang suami yang pernah bertanya dan ingin memeriksa  caranya berhadats istrinya agar sesuai dengan tuntunan ajaran Islam?  Jawabannya pasti sedikit sekali. Padahal, benarnya bersuci akan  menentukan ibadah-ibadah yang lainnya. Bila istri sudah mempelajari  agama sejak kecil, keturunan keluarga santri apalagi pernah mesantren,  mungkin gak ada masalah. Tapi, tidak sedikit juga istri yang karena  basis agamanya tidak kuat tidak terlalu menguasai persoalan fiqh ibadah  sehari-hari atau ia lebih banyak melakukannya dari tradisi yang belum  tentu benar.
Penutup
Inilah tiga fondasi “kecil” yang mungkin jarang diperhatikan seorang  suami pada istrinya. Mungkin dianggap bisa saja dan tidak ada masalah.  Atau, karena suami sibuk mengurus urusan-urusan yang “lebih besar,” atau  lebih fokus dan sibuk dalam urusan ekonomi dan urusan dunia lainnya.  Padahal, ketiga hal ini harus diperhatikan seorang suami pada istrinya  sejak ia mulai menikah dan membangun rumah tangganya. Fokus disini pada  istri karena pembahasannya tentang tanggung jawab suami. Tentu, disini  suami diasumsikan yang pemahaman dan praktek ibadahnya sehari-hari sudah  lebih dari istrinya. Ia menguasai agamanya lebih dalam. Bila keadaan  sebaliknya, istri yang lebih menguasai agama ketimbang suaminya, ya  tinggal dibalikkan saja. Istri berkewajiban membimbing suaminya yang  belum tahu banyak tata cara peribadatan dan pelaksanaan  syari’at agama.  Jadi, sifatnya fleksibel saja. Namun, karena suami adalah pemimpin,  dialah yang harus lebih bertanggungjawab atas hal-hal dasar seperti ini  daripada istrinya.
Sudahkah para suami melakukannya? Siapkah menjawab pemeriksaan Allah  SWT di pengadilan akhirat kelak bahwa ternyata kita mengabaikan  kewajiban-kewajiban mendasar pada istri-istri kita yang akibatnya  ternyata keimanan kita tidak diterima dan ibadah-ibadah kita menjadi  percuma dan akhirnya akan membuat kita celaka?[] Wallahu’alam!
Selasa, 20 Desember 2011
Tiga Hal yang Harus Diperhatikan oleh Seorang Suami pada Istrinya di Masa-masa Awal Rumah Tangganya
Label:
info
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
 
 
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini