Kekaisaran  Byzantium merupakan  pecahan dari kekaisaran Romawi pada masa Justianus  (527-565), wilayahnya  mencakup sebelah timur Romawi, Yunani,  Semenanjung Balkan, Asia Barat,  Mesir dan sebagian Italia.
Nouve Rome, Constantinoupolis  atau  Constantinopel adalah ibukota Byzantium. Kota ini dikelilingi oleh   tembok-tembok besar yang kokoh, disebut juga sebagai tembok  Konstantin.
Berbeda  dengan Romawi, agama  resmi Byzantium adalah Nasrani. Setelah jatuhnya  Romawi, kekaisaran  Byzantium menjadi pelindung bagi wilayah Eropa Barat  dari orang-orang  Barbar, yaitu Bangsa Slavia Utara, Kaum Nomad di Rusia  Selatan, para  penunggang kuda Kirghizia, dan Bangsa Hun. Namun ancaman  utamanya  adalah Kekaisaran Ottoman.
Byzantium tercatat memiliki   120.000 pasukan terlatih regular disertai dengan sistem keamanan   berlapis. Yaitu melakukan peleburan provinsi-provinsi lama kedalam   provinsi baru yang disebut Themes. Setiap Themes dilengkapi dengan pusat   komando dan di pimpin oleh seorang panglima perang setingkat jenderal.   Angkatan Laut Byzantium senantiasa menjaga keamanan daerah pantai dan   laut. Mereka menyiagakan kapal tempur untuk berpatroli setiap saat.   Angkatan laut Byzantium menggunakan rantai-rantai besi sebagai   pertahanan wilayah ibukota mereka, dari serangan kapal musuh.
Mehmet II
Lahir   dengan nama Muhammad Al Fatih di Edirne, sebuah kota perbatasan antara   Yunani dan Bulgaria. Ia adalah keturunan dari Beyazid I. Ayahnya  seorang  Sultan Kekaisaran Ottoman bernama Sultan Murad II, dan ibunya  Huma  Hatun.
Kekaisaran Turki Ottoman  didirikan oleh bangsa keturunan  mongol. Mereka berasal dari dinasti  Saljuk. Dengan kaisar pertamanya  Beyazid I.
Selagi dalam kandungan, seorang  guru spiritual pernah  mengatakan kepada Murad II, bahwa Tuhan telah  mentakdirkan anaknya  sebagai penakluk Constantinopel. Hal ini membuat  Murad II semakin giat  mengajarkan anaknya lmu perang, matematika,  agama, bahasa Arab, Persia  dan Turki.
Pada usia 11 tahun, Al Fatih  hijrah dari Edirne menuju  Amsya, bersamaan dengan meletusnya Perang  Salib antara pasukan  Serbia-Hunggaria dengan Turki Ottoman. Dalam  pertempuran ini, Murad  harus rela kehilangan Nis, Sofia, Wallachia dan  Varna berikut tahta  kesultanannya. Secara otomatis, Al Fatih bergelar  Mehmet II menjadi  sultan boneka bagi Eropa.
Perang Varna
Beberapa   tahun kemudian, Mehmed II membujuk ayahnya untuk kembali berperang.   Berbekal Pasukan Turki berjumlah 60.000 personil, lengkap dengan para   pemanah, pasukan berkuda dan kesatuan yanisari, mereka siap menyerang   pasukan Salib yang berjumlah 20.000 orang. Pasukan Salib merupakan   pasukan koalisi dari Hunggaria, Jerman, Bosnia, Kroasia, Serbia,   Bulgaria, Wallachia dan Ukarina, dipimpin oleh John Hunyadi.
Dalam  perang ini, meskipun  kehilangan 20.000 prajuritnya Turki Ottoman tampil  sebagai pemenang,  Sedangkan Pasukan Salib kehilangan 13.000 prajurit,  berikut salah  seorang panglima terbaiknya, Vladislav (ayah dari Vlad  Staples). Mehmet  II mempersilahkan ayahnya untuk kembali menjadi sultan.
Kemenangan  ini mengangkat rasa  percaya diri prajurit Ottoman untuk menyerang  Constantinopel. Mereka  merasa mendapat suntikan kekuatan baru, terkhusus  bagi Mehmet II,  beliau semakin giat mempelajari ilmu pengetahuan dan  strategi perang.  Setelah ayahnya mangkat. Ia naik tahta sebagai sultan  untuk yang kedua  kalinya.
Strategi sebelum menaklukan Constantinopel
1. Mehmet II tidak mau melakukan  kesalahan seperti yang pernah dialami  para pendahulunya. Ia banyak  mencari informasi mengenai kota tua  Constantinopel di berbagai  literature. Sampai akhirnya ia menemukan satu  mitos, rakyat  Constantinopel percaya, bahwa mereka dilindungi oleh  kekuatan dari  bulan purnama.
2. Mendatangkan para ahli senjata dan logam untuk membuat Orban.
3. Menyiapkan 250.000 pasukan yang telah dilatih selama bertahun–tahun, dengan Pasukan Yanisari di garda depan.
4. Melakukan berbagai perjanjian  dengan Negara-negara lawan, agar tidak  saling menyerang selama  pertempuran Turki Ottoman-Byzantium.
5.   Mehmet berpendapat, bahwa kota Rumeli yang terletak di selat Bosporus.   Antara asia dan Eropa merupakan tempat yang strategis untuk menyiapkan   pasukan. Terutama untuk pelayaran. Dengan menaklukan kota ini maka  akan  sangat membantu untuk menaklukan Constantinopel.
Jalannya peperangan
6  April 1453: Mehmet II sampai  di pintu gerbang Constantinopel. Dia  berorasi untuk membakar semangat  prajuritnya, bahwa kemenangan Ottoman  tinggal selangkah lagi, dan di  sambut oleh teriak gemuruh dari para  prajurit Ottoman. Sebaliknya  tentara Byzantium juga semakin memperkuat  barisan.
7 April 1453: Mehmet II Membagi  angkatan daratnya  menjadi tiga lapis. Garda depan adalah pasukan  infanteri dan yanisari.  Sedangkan lapisan dua dan tiga adalah  pendukung. Sebagian mereka adalah  pasukan artileri. Sementara Angkatan  Laut disiagakan sebanyak 400 kapal  perang,dengan dengan Meriam  Orbannya.
Pertempuran akhirnya di  mulai,  tapi pertahanan Constantinopel terlalu kuat untuk di tembus. Di  Tanduk  Mas, kapal-kapal perang Ottoman mulai karam menabrak  rantai-rantai besi  besi yang di pasang mengelilingi Constantinopel.  Angkatan laut Ottoman  berusaha keras untuk mematahkan rantai-rantai  tersebut, namun tidak  berhasil.
Situasi semakin buruk dengan   datangnya bala bantuan Byzantium dari angkatan laut Negara-negara Eropa   Barat. Angkatan laut Turki semakin terdesak, Mehmet II mengganti   Panglima Lautnya, Palta Oglu diganti oleh Laksamana Hamzah Pasha
18  April 1453: Turki ottoman  berhasil menghancurkan benteng pertahanan  Constantinopel yang berada di  Lembah Lycos. Kaisar Constantin melakukan  penawaran dengan memberikan  daerah-daerah jajahan lain kepada Turki  sebagai ganti Constantinopel,  tapi Mehmet menolak, sebaliknya ia  menawarkan perlindungan bagi seluruh  warga Byzantium, termasuk kepada  Constantin sendiri.
Selama satu bulan penyerangan  belum ada hasil  yang dicapai. Namun menjelang berakhirnya Bulan  Purnama, Sultan  mendapat ide untuk menarik kapal-kapal perangnya ke  daratan.
Awalnya,  ide ini dijalankan  setengah hati oleh para prajurit, mereka menganggap  sultan mereka telah  gila karena tidak berhasil melakukan serangan laut.  Namun sultan  menjelaskan, selama ini kekuatan prajurit Constantinopel  berasal dari  keyakinan akan adanya “kekuatan bulan purnama”. Dan  sekarang, bulan  purnama telah lewat. Kapal-kapal itu akan ditarik dengan  menggunakan  kayu gelondongan dan minyak gorang sebagai rodanya.
Malam  harinya, dengan diterangi  bintang-bintang, kapal-kapal itu berlayar di  daratan melintasi lembah  dan bukit. Pagi harinya, 70 kapal perang yang  tersisa telah berpindah  lokasi melintasi tanjung emas, Besiktas dan  Galata.
Rakyat Byzantium yang  menyaksikan kapal-kapal yang  berayar di daratan itu begitu terkejut,  mereka mengira itu karena  bantuan jin atau setan, sebagian dari mereka  menggosok-gosok mata,  mencubit pipi, untuk memastikan bahwa ini bukan  mimpi.
Bahkan  seorang sastrawan  Yoilmaz Oztuna mengatakan “Tidaklah kami pernah  melihat atau mendengar  hal ajaib seperti ini. Muhammad Al Fatih telah  menukar darat menjadi  lautan dan melayarkan kapalnya dipuncak gunung.  Bahkan usahanya ini  mengungguli apa yang pernah diilakukan oleh  Alexander The Great”.
29 Mei 1453: Pasukan Turki  Ottoman  melakukan serangan besar-besaran. Dengan dibantu pasukan dari  Anatolia.  Melihat Serangan ini, Gustiniani, salah seorang Jendral  Byzantium  menyarankan Constantin untuk mundur. Namun ia menolaknya,  malah melepas  baju perang nya dan pergi bertempur bersama para  pasukannya, namun  sampai akhir pertermpuran jasadnya tidak pernah  ditemukan.
Pasukan  Ottoman berhasil masuk  benteng melalui pintu Edirne, kemudian Mehmet II  berorasi di depan para  rakyat Consantinopel, bahwa ia akan menjamin  keamanan seluruh warga  Constantine, termasuk harta, jabatan dan tempat  peribadatan mereka.
=================================================================
Dalam artikel ini, saya sangat bersimpatik kepada Kaisar Constantine, karena ketaatannya dalam beragama dan berjiwa ksatria, disaat-saat terakhir kejayaannya ia memilih tidak menyerah dan ikut bertempur bersama para prajuritnya hingga titik darah penghabisan.
Juga kepada Mehmet II: Meskipun telah menaklukan wilayah Byzantium namun tetap melindungi warganya meskipun mereka berbeda keyakinan. Suatu hal yang jarang dilakukan oleh para penguasa-penguasa lain.
Read more: wisbenbae: Jatuhnya Byzantium
 
 
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini