Mungkin  beberapa dari kita ingin  hidup dan bekerja di Jepang. Bayangkan koleksi  anime dan JAV yang bisa  didapat dengan mudah, makanan2 yang eksotis,  dan wanita-wanitanya yang  baik hati
Namun bukan hal-hal tersebut yang saya akan bahas namun kehidupan mayoritas karyawan di Jepang yang biasa disebut Salaryman.
Setiap tahun terdapat jutaan   mahasiswa yang bersorak gembira ketika mereka dinyatakan lulus dari   universitas. Mereka senang karena jerih payah orang tua tidak sia-sia   setelah mereka di wisuda mengenakan toga. Sayang sekali... mereka tidak   sadar kalau mereka baru saja keluar dari "kandang anak kucing" dan  masuk  ke hutan belantara yang dipenuhi oleh singa, ular berbisa, mawar   beracun, dan banyak lagi yang aneh-aneh.
(Baru lulus nih, ga sia2 belajar keras)
Menurut   survey di Tokyo, orang-orang yang baru lulus kuliah cenderung  mengalami  tingkat stress yang lebih tinggi jika dibandingkan ketika  mereka sedang  menghadapi ujian terakhir di kampus.
Kenapa mereka lebih stress? Karena mereka tidak bisa mendapatkan pekerjaan!
Makin hari makin banyak darah   segar yang bersaing ketat untuk mendapatkan pekerjaan. Dan ketika   saingan semakin banyak, banyak pula yang rela di gaji rendah, kerja   semakin larut, dan tingkat kesehatan yang semakin menurun.
"Setiap hari saya hidup dengan   kegelisahan yang mengerikan," kata Ikezaki, seorang karyawan kontrak   yang saat ini kerja dengan gaji ¥75.000/bulan (atau sekitar 7 juta   rupiah per bulan). "Ketika saya berpikir tentang masa depan saya, saya   jadi tidak bisa tidur di malam hari."
Berdasarkan data dari pemerintah   Jepang, terdapat lebih dari 10 juta orang yang hidup dengan  penghasilan  kurang dari standard normalnya Jepang yaitu  ¥1.600.000/tahun (atau  sekitar 155 juta rupiah per tahun).
Mungkin ini semua adalah akibat   dari perusahaan-perusahaan Jepang yang lebih mementingkan keuntungan   perusahaan dan memanfaatkan keluguan para pekerja baru (yang jelas-jelas   tidak punya pilihan lain)
Terciptalah salaryman.   Orang-orang yang hidup dengan gaji rendah, kerja setengah mati, tanpa   uang lembur, dan tanpa kepastian peningkatan karir meskipun mereka telah   bekerja puluhan tahun. Makanya jangan heran ketika kamu melihat banyak   karyawan Jepang yang tertidur pulas di kereta ketika mereka menuju   pulang ke rumah. Mereka terlalu lelah
Kata salaryman sendiri diambil   dari bahasa Inggris, yaitu salary (gaji) dan man (orang), jadi salaryman   artinya adalah orang yang hidupnya 100% tergantung dari gaji. Mereka   kalo sampai dipecat rasanya dunia kiamat. Kalo di Indonesia, ini sama   dengan bangsawan = bangsa karyawan.
Saking stressnya, tercipta satu   kata baru yang terkenal di dunia pekerja Jepang untuk menggambarkan   betapa kerasnya kerja di Jepang, yaitu karoshi.
Apa itu karoshi?
Karoshi   artinya "mati di kerja" atau kematian karena stress pekerjaan.  Halusnya  berarti "meninggal karena setia dan mengabdi kepada  perusahaan".  Kematiannya bisa karena kecelakaan di tempat kerja,  kematian karena  terlalu lelah (kesehatannya menurun jauh), ataupun  karena bunuh diri  karena stress kerja.
Saking seriusnya masalah ini,   pemerintah Jepang telah mencoba berbagai cara untuk mengatasinya. Mulai   dari menyediakan nomor telepon darurat untuk menerima keluh-kesah para   salaryman, buku petunjuk untuk mengurangi stress, sampai mensahkan   undang-undang yang memberikan sejumlah uang (asuransi) ke para janda dan   anak-anak yang ditinggal mati karena karoshi.
Menurut data pemerintah, dari   2.207 kasus bunuh diri pada tahun 2007, 672-nya adalah karena   pekerjaannya terlalu banyak. Kasus karoshi yang terkenal adalah kasus   kematian Kenichi Uchino pada tahun 2002, seorang manager quality-control   berusia 30 tahun yang bekerja di perusahaan otomotif terbesar di  dunia,  Toyota.
Kenichi dikabarkan bekerja   lembur selama 80 jam setiap bulan selama 6 bulan lamanya tanpa dikasih   uang lembur atau bonus tambahan apapun. Dia akhirnya jatuh pingsan di   tempat kerjanya dan dilarikan ke rumah sakit, yang kemudian membawanya   ke akhirat.
McDonald's Jepang pun terkena   masalah ini. Salah seorang manager restorannya jatuh sakit dan meninggal   karena bekerja lembur tanpa bayaran apapun.
Mau gak mau, karena tekanan   publik, Toyota dan McDonald's akhirnya memutuskan akan memberikan uang   lembur bagi yang ingin bekerja lembur dan menyediakan fasilitas   kesehatan yang lebih baik.
Para salaryman ini sebenarnya   niatnya baik, yaitu ingin memajukan perusahaannya. Ditambah lagi dengan   kebudayaan Jepang yang selalu menekankan disiplin tinggi, mereka   berpikiran bahwa dengan bekerja lebih lama dan lebih keras daripada   karyawan lain dan tanpa meminta bayaran apapun, boss mereka bisa   memberikan posisi yang lebih baik. Tapi kenyataan, TIDAK!!..
Dan jadwal seorang salaryman bisa disimak sebagai berikut
06:30 = bangun dari tempat tidur
07:30 = berangkat ke kantor (jalan kaki / naik sepeda / subway)
08:50 = harus tiba di kantor
09:00 = meeting pagi dengan supervisor
09:10 = mulai kerja
12:00 = makan siang (bento / kantin / restoran terdekat)
13:00 = mulai kerja lagi
17:00 = lembur dimulai (biasanya tanpa uang lembur)
20:30 = pesta nomikai (kalau ada)
21:30 = pulang ke rumah (jalan kaki / naik sepeda / subway)
22:30 = sampe rumah, nonton TV, baca koran
23:00 = tidur 
Ulangi terus dari Senin-Jumat.   Sabtu biasanya pulang lebih awal (kalau ada lembur, kerja seperti   biasa). Minggu libur (kalau ada lembur, kerja seperti biasa).
Peraturan di kantor:
#1. Kalau atasan bilang bumi berbentuk kotak, maka bumi bentuknya kotak.
#2. Kalau dia berubah pikiran, maka bumi juga bentuknya berubah.
#3. Lupakan apa kata pelanggan. Boss adalah raja.
#4. Karyawan baru? Boss adalah Tuhan.
#5. Membungkuk. Membungkuk. Membungkuk. 
 
 
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini