| Share | 
Menulis di kulit tubuh dengan pulpen itu sudah biasa. Tapi seorang perempuan yang mengidap penyakit kulit langka tinggal mencoret-coret kulitnya dengan kuku untuk membuat sebuah tulisan.
Anda   mungkin tidak percaya bila kulit tubuh bisa dijadikan sebagai media   untuk menulis? Tapi kejadian tersebut benar-benar dialami seorang nenek   yang bisa menulis di tubuhnya sendiri dengan menggunakan kuku.
Kasus nenek bernama Huang Xiangji pertama kali terpublikasi tahun 2008. Seperti dilansir ChinaDaily, nenek Huang sudah mengalami kelainan kulit langka ini sejak kecil.
Oleh tim medis nenek Huang diidentifikasikan menderita sindrom artificial urticaria yang merupakan kelainan kulit langka.
Apapun   yang dicoret di kulitnya dapat membekas termasuk kata-kata yang   ditulisnya dengan lembut menggunakan kuku, sampai-sampai ia dijuluki   'buku berjalan'. Tubuh nenek yang kini berusia 52 tahun ini dipenuhi   dengan puisi dan catatan.
'Kondisi  ini sangat berguna karena saya  bisa menggunakan tangan saya untuk  menuliskan daftar belanjaan,' jelas  Huang, nenek yang dijuluki 'wanita  kertas', seperti dilansir Chinadaily, Selasa (5/10/2010).
Seorang   spesialis kulit di Chinese Medical Association mengaku terkejut  melihat  kondisi ini. Ia mengatakan bahwa nenek ini tidak mengalami efek  yang  buruk meskipun kondisi yang dialaminya sangat aneh.
'Saya  mencoba  menulis di kulitnya menggunakan jari, huruf-huruf itu kemudian  menonjol  dari kulitnya beberapa saat kemudian,' ujar Sandra Hsu,  spesialis kulit  dari Chinese Medical Association.
Hsu  mengatakan nenek Xiangji  mengaku bahwa ia telah menggunakan tubuhnya  sendiri sebagai buku selama  bertahun-tahun. 'Nenek itu bahkan tidak  memerlukan pena dan kertas untuk  menulis,' ungkap Hsu.
Menurutnya,  gangguan kulit urticaria  memang sering terjadi, tetapi kondisi yang  memungkinkan penderitanya  dapat menulis di kulit sendiri sangatlah  jarang.
'Kondisi  ini  pada dasarnya adalah alergi, tetapi kondisi kulit yang menjadi  begitu  sensitif hingga dapat dijadikan buku berjalan sangatlah tidak  biasa,'  tambah Hsu.
Sampai saat ini, belum ada data yang jelas yang menunjukkan jumlah pasien yang menderita kelainan kulit artificial urticaria.
 
 
0 komentar:
Silahkan Tinggalkan Komentar anda disini